UrbannewsID Musik | Untuk pertama kalinya, group musik independen Indonesia, Efek Rumah Kaca (ERK) tampil di panggung SXSW Music Festival 2018, di kota Austin, Texas, pada akhir minggu lalu. Tampil satu panggung dengan group rock asal Amerika, seperti The Cunning (Nashville), Jared & The Mill (Phoenix) dan band lokal asal Austin, The Buffalo. ERK yang memiliki genre indie-rock ini, mampu memberikan warna tersendiri dan memukau penonton SXSW.
Dipanggung Esther’s Foolies, sebuah klub musik bergengsi yang berlokasi di pusat kota Austin. ERK tampil dengan formasi lengkap yang terdiri dari Cholil Mahmud (gitar/vocal), Poppie Airil (Bass), Akbar Bagus (drum), Dito Buditrianto (gitar), Agustinus Mardika (terompet), dan Muhammad Asranur (keyboard), membawakan tiga karya repertoar panjangnya yaitu; Merah (13 menit), Biru (7 menit) dan Putih (10 menit).
ERK yang menyanyikan semua lagu dengan lirik bahasa Indonesia. Pada awal konser, para penonton sempat duduk terdiam sambil mencoba memahami warna musiknya. Begitu lagu pertama berjudul ‘Merah’ berakhir, sambutan penonton sangat meriah. Walau secara lirikasi mereka tidak paham, tampaknya mereka menyukai komposisi apik, dengan aransemen kunci-kunci nada gitar arpeggio yang saling bersambut naik dan turun
Apalagi, dukungan dari tiga penyanyi latar Cempaka Surakusumah, Natasha Abigail dan Irma Hidayana. Suara tenor vokalis Cholil mampu memecah suasana klub yang sempat menurun, karena suasana istirahat untuk perpindahan dan penataan set instrumen musik dari band sebelumnya ke instrument ERK. Tepukan panjang semakin terdengar setelah lagu kedua Biru menghentak.
Seorang penonton wanita di kursi belakang berteriak, “Can we move to floor and dance?, yang langsung sambut ‘Yes’ oleh Cholil dari atas panggung. Sontak, sekitar lima puluh penonton yang semula duduk, langsung beranjak dan berdiri didepan panggung. Mereka terbawa hanyut dalam irama musik yang dimainkan ERK, tanpa dikomando mulai bergoyang dan menari dalam lagu ketiga, Putih.
“Awalnya saya agak kurang memahami pola lagu dan musik yang dimainkan, terutama sih liriknya. Lalu setelah saya ikuti dan mendengar komposisi musik, vokal yang kuat, penyanyi latar dan permainan gitar dari band ini, saya sangat menyukainya. Saya juga sulit menyebut nama dari band ini, tapi saya tidak peduli. Musik, tempo dan vibe musiknya sangat bagus. It’s really cool. Saya pasti akan download lewat apps”, ujar Matt Aymar musisi dari Los Angeles.
Sementara itu, salah satu penonton bernama Sarah yang berdiri didepan panggung menyukai melodi dan energi dari penampilan ERK. Menurutnya, ia belum pernah mendengar musik dari Indonesia, namun setelah melihat ERK, ia akan mulai mendengarkannya. “Seneng banget akhirnya bisa tampil di SXSW, crowdnya sangat antusias, dan surprise juga. Main di panggung dengan vibe dimana penonton sangat terbuka terhadap ide-ide musikalitas kami”, kata Cholil.
Kehadiran ERK di panggung SXSW, sebelumnya sempat menjadi kontroversi di sosial media dan pemberitaan media, karena ERK menolak dukungan finansial dari Bekraf. ERK mempertanyakan kejanggalan harga tiket yang dibeli Bekraf, yang dianggap lebih mahal dari harga yang mereka dapat dari berbagai sumber. Setelah saling klarifikasi antara ERK dan Bekraf, kedua belah pihak ini akhirnya bertemu sebelum ERK berangkat ke Amerika.
“Dari pihak Bekraf sudah mengontak kami, dan kami sudah ngobrol-ngobrol kok, soal kenapa ada keluhan-keluhan kami, soal kejanggalan harga tiket. Bekraf mempunyai permasalahan mencari travel agent yang mau dibayar mundur. Lalu dari travel agent juga sudah menjelaskan, kalau sistem dari travel agent ini harganya memang segini, tidak ada rekayasa. Walaupun ketika kami mencari tiket yang sama mendapat harga bisa lebih murah, ya sudah,” jelas Cholil.
Setelah mendapat keterangan, ERK pun tidak ingin terjadi ribut-ribut. ERK melakukan penggalangan dana sendiri dengan tampil dibeberapa panggung pertunjukkan, menjual merchandise, serta menjual edisi khusus album ‘Purwasuara’ berisikan karya ERK yang belum pernah diedarkan, sebanyak 350 kaset. Saat ini, ERK berada di kota New York melanjutkan persiapannya tampil di panggung publik di area Brooklyn, pada akhir minggu ini.
SXSW yang dikenal dengan sebutan South By South West, pada awalnya adalah sebuah forum diskusi entertainment dan media. Festival yang bergulir sejak tahun 1987 ini, sebagai salah satu festival industri kreatif dan teknologi masa depan terbesar dunia yang mempertemukan puluhan ribu seniman, musisi, desainer fashion, filmmaker, penulis, produser, perusahaan start-up hingga para penata grafik serta pembuat game online.|Edo (Reportase & Foto: Naratama/VOA Indonesia).