Jakarta, UrbannewsID.com | Menjadi sebuah catatan sejarah yang sangat penting, setelah sekian puluh tahun lamanya industri musik Indonesia dalam kondisi ‘hidup segan mati tak mau’, para pelaku dan pemerhati musik bersama-sama secara serius akan mengupas tuntas problematiknya guna melahirkan solusi jitu membangun ekosistem musik yang sehat, serta menggali potensi industri musik sebagai kekuatan ekonomi kreatif baru di Indonesia.
Dan, untuk pertama kalinya pula negara hadir ambil bagian dalam tatanan ekosistem musik tanah air, karena suara lantang masyarakat musik [istilah red:] beberapa bulan belakangan ini menggema di linimasa yang siap menggelar “Konferensl Musik Indonesia (KAMI)” yang akan diselenggarakan pertama kalinya di Kota Ambon, selama 3 hari mulai dari tanggal 7, 8, dan puncaknya 9 Maret 2018 dl Lapangan Merdeka Ambon yang juga dlrayakan sebagai Hari Musik Nasional.
”Konferensi musik ini berkat inisiatif kolektlf dari para pelaku yang bergerak di Industri musik, sebagai upaya bersama membangun ekosistem musik yang berkelanjutan, mencerdaskan, mensejahterakan, serta keberadaannya diakui sebagai sebuah profesi. Selain perbalkan bagi industri musik ke depan, musik yang menjadi bagian dari produk budaya, kehadirannya harus diakui sebagai salah satu pilar pemersatu dan pembangun karakter budaya bangsa,” jelas Glenn Fredly, salah satu motor penggerak lahirnya KAMI, Rabu (14/2) sore, di Gedung TVRI Jakarta.
Konferensl Musik Indonesia (KAMI) yang didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), sederet agenda telah disiapkan dengan para pembicara atau narasumber yang kapabel di bidangnya. Fokus bahasan yang diangkat antara lain; Memajukan Musik sebagai Kekuatan Ekonomi Indonesia di Masa Depan. Tata Kelola Industri Musik di Era Digital. Musik dalam Pemajuan Kebudayaan. Musik, Diplomasi Budaya, dan Pariwisata. Musik sebagai Alat Perdamaian dan Pemersatu Bangsa, serta Peluncuran Radio Anak Indonesia.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Triawan Munaf, mengatakan, di era digital saat ini dimana semua hal bisa digerakkan dari satu genggaman saja. Nampaknya, diperlukan cara-cara baru menyiasati tata kelola industri musik yang terus bergerak cepat. “Saat ini tantangannya semakin berat. Jika tidak diimbangi dengan inovasi dan adaptasi dengan perkembangan zaman, bisa-bisa industri musik makin terpuruk. Untuk itu, Bekraf berupaya menciptakan bisnis model yang tepat bagi ekosistem industri musik yang rumusannya akan dibicarakan di Konferensl Musik Indonesia di Kota Ambon nanti,” pungkas Triawan.
Acara KAMI yang akan dihadiri Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berserta para menteri terkait, sekaligus juga bersama-sama seluruh peserta kongres dan juga masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di Kota Ambon, akan memperingati Hari Musik Nasional seta pencanangan Kota Ambon sebagai Kota Musik atau ”Ambon City of Music” oleh UNESCO, yang akan disiarkan secara langsung oleh Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI). Termasuk juga, ada kegiatan pentas musik antara lain; penampilan 100 keyboardis dan 100 penyanyi.
Sebagai official broadcast yang akan menyiarkan dan mewartakan seluruh aktivitas selama Konferensl Musik Indonesia, Televisi Republik Indonesia (TVRI) menyatakan kesiapannya. “TVRI yang selama ini dikenal mendukung semua kegiatan berkaitan dengan seni budaya, khususnya untuk dunia musik porsinya semakin bertambah. Apalagi, kami dipercaya untuk menayangkan seluruh kegiatan konferensi, peringatan hari musik, dan pencanangan Kota Ambon sebagai Kota Musik kita dukung penuh. Bahkan, sebelum menuju Kota Ambon kita siapkan beberapa program event musik untuk mengantarkannya,” jelas Helmi Yahya, si Raja Kuis Indonesia yang kini Dirut TVRI.
Rumusan Konferensl Musik Indonesia di Kota Ambon, bukanlah hasil akhir dari olah cita-cita memperbaiki, menciptakan dan membangun ekosistem industri musik yang sehat. Tapi, juga berdaya guna bagi seluruh para pelaku serta penggiat diranah musik berpuluh-puluh tahun mendatang, dari generasi ke generasi, sebagai warisan masa depan. Sudah selayaknya, seluruh komponen yang bergerak di industri musik dengan Pemerintah saling bergandeng tangan dalam satu frekuensi bersama, menyatakan saatnya musik jadi panglima di negara sendiri, dan juga di dunia.
Kita-saya-Anda tidak bisa membayangkan, ketika kelak dunia makin ‘beruban’ dan budaya, terlebih musik, makin diabaikan, alangkah malangnya nasib pelaku dan pecinta musik. Bukankah musik juga lahir sebagai satu kebudayaan. Bukankah musik, dalam hal ini lagu yang terwujud dari tangan-tangan hasil buah pikiran musisi, menjadi salah satu identitas kebangsaan yang disejajarkan dengan bendera, bahasa dan lambang setiap negara, seperti lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Jadi, sebenarnya musik adalah senjata terhebat yang diciptakan manusia. Musik memang tidak dapat mengubah dunia, tapi musik mampu menyumbangkan satu perubahan kesadaran manusia.|Edo