Jakarta, UrbannewsID.com | Saya masih ingat pada suatu kesempatan [lupa waktunya :red] berbicang santai dengan seorang sahabat jurnalis musik, almarhum Djoko Moernantyo, sambil menghabiskan waktu diremah malam di sebuah kedai kopi yang berlokasi dikawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan. Obrolannya memang tidak pernah jauh dari dunia musik, karena Djoko sebagai literatur berjalan bagi saya, banyak catatan menarik tergali dari dirinya sebab separuh pengabdiannya di junarlisme musik cukup mumpuni.
Dalam obrolan Djoko mengatakan, ia baru saja bertemu dengan Yockie Suryo Prayogo. Kemudian Djoko menyitir ucapan Yockie, bahwa musik adalah energi sebuah perasaan yang keluar dari dalam lubuk hati manusia. Dia tak berbentuk sama, dia tak bisa diharapkan keluar dari layar monitor komputer kita. Dia bukan rumusan teori yang bisa diciptakan setelah dipelajari di bangku sekolah. Bagi saya [Yockie] musik seperti sebuah ‘agama’ namun tak ber-Tuhan, oleh karena itu tak perlu fanatik terhadapnya, namun wajib tulus dan ikhlas serta jujur menjalaninya.
Perbicangan dengan alm. Djoko dan ungkapan Yockie inilah, saya ingin mengatakan bahwa musik sebuah karya seni yang bersandar pada nilai-nilai kesucian. Tak ada karya seni yang baik tak bersandar pada nilai kesucian tersebut, karena salah satu nilai kesucian musik adalah kejujuran. Dan, kejujuran inilah bisa kita rasakan dari karya lagu-lagu Yockie dengan kedalaman liriknya mengisi ruang batin pendengarnya, seperti Ladangku yang Subur, Misteri Cinta, Bebas Lepas, Kehidupan, Menjilat Matahari, sampai Sang Bahaduri.
Musik yang menjadi napas bagi kehidupan Yockie, tidak saja sangat berarti bagi dirinya atau keluargannya saja, tapi juga bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Perjalanan bermusiknya, pantas menjadi inspirasi banyak musisi. Termasuk segudang karya tercipta pun pantas diperjuangkan sebagai sebuah produk budaya, bukan hanya hiburan semata. Sang legenda hidup industri musik tanah air, Yockie Suryoprayogo, kini masih terbaring lemah dengan kondisi mulai membaik di kediamannya sendiri. Setelah sebelumnya dilarikan ke rumah sakit karena mengalami koma beberapa waktu lalu.
Melihat kondisi Yockie tersebut, jurnalis Adib Hidayat dan Denny Mŕ berinisiatif memprakarsai galang dana untuk meringankan beban perawatan melalui laman Kitabisa.com/untukyockie, dan berhasil mengumpulkan total dana Rp 160.051.753 dari 197 orang donatur. Kemudian, tanpa komando disusul beberapa sahabat Yockie Suryoprayogo Prayogo seperti Kadri Mohamad, Dion Momongan, Indro Hardjodikoro, Tyas Amalia, Windy Setiadi, Keenan Nasution, Bens Leo, Seno M. Hardjo serta Donny DSS, menggelar sebuah pentas amal bertajuk ‘Pagelaran Sang Bahaduri’.
Pentas Amal yang akan berlangsung pada tanggal 24 Januari 2018 di Teater Jakarta, TIM, langsung disambut para artis dan musisi diantaranya Andy (/rif), Ariyo Wahab, Aning Katamsi, Benny Soebardja, Berlian Hutauruk, Bonita, Che (Cupumanik/Konspirasi), D’Masiv, Debby Nasution, Dhenok Wahyudi, Dira Sugandi, Fadly (Padi), Fariz RM, Fryda Lucyana, Gilang Samsoe, Ingrid Widjanarko, Kadri Mohamad, Keenan Nasution, Louise Hutauruk, Mondo Gascaro, Nicky Astria, Once, Tika Bisono serta Eros Djarot dan Sys NS. Music director Indro Hardjodikoro, tata suara DSS Sound dan lampu oleh Lemmon ID.
Anto Hoed, sebagai Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta mendukung dengan membantu menyiapkan venue konser di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, berkapasitas 1200 orang. Pagelaran Sang Bahaduri merupakan konser kolaborasi para artis yang pernah terlibat dalam konser Badai Pasti Berlalu, Lomba Cipta Lagu Remaja Plus (LCLR Plus), yang di gelar oleh Yockie Suryo Prayogo selama tahun 2016-2017. Seluruh artis yang akan terlibat free of charge, karena ini bagian dari solideritas antar sesama musisi.
Kadri Mohamad mewakili teman-temannya sebagai inisiator pagelaran, mengatakan tiket pertunjukan yang terbagi dalam beberapa kelas yakni Reguler lantai 3: Rp 200,000,-. Reguler Lantai 2: Rp 300,000,-, dan Reguler Lantai 1: Rp 400,000,-, masih kosong. Sedangkan, untuk VIP, VVIP dan Super VVIP sudah Sold Out. “Saya juga berharap, bagi masyarakat yang ingin ikut berpartisipasi dalam konser Amal untuk membantu meringankan biaya Yockie Suryo Prayogo, bisa langsung memesan tiket memalui kontak Email: tix.sangbahaduri@gmail.com atau lewat website https://www.kiostix.com/malamgembira,” ujar Kadri, di Patio Venue Jakarta, Selasa (16/1) sore.
Pergelaran Sang Bahaduri yang digagas dan didukung para musisi ini, bisa menjadi titik awal sebuah pergerakan yang terus bergulir secara simultan dan menasional sejatinya. Tidak bersifat temporer, tapi terbentuk dalam sebuah ikatan bersama seluruh pelaku, penggiat dan juga stake holder yang bergerak diranah musik, memberi penghormatan dan penghargaan kepada seorang penyanyi dan musisi yang setia dengan profesi yang dijalaninya. Jangan sampai, kita banyak kehilangan catatan penting para legenda yang telah mewarnai perjalanan musik di Indonesia, karena ketidak perdulian atau mungkin keteledoran.
Sudah saatnya pula negara hadir memberikan apresiasi kepada para seniman dari berbagai lini, sebagai perjuang budaya yang menorehkan karya adiluhungnya. Dengan cara memberi perlindungan kehidupan yang layak lewat raga cara, mendokumentasikan rekam jejak perjalanannya, termasuk karya-karyanya. Jangan sampai kita kehilangan sejarahnya. “Saya yang besar di era transisi dari analog ke digital, berusaha untuk tetap konsisten berada dijalur musik seperti mas Yockie, hingga kini. Saatnya kita semua termasuk pemerintah bergandeng tangan membangun ekosistem industri musik yang sehat, perlindungan dan kepastian masa depan para pelakunya,” tutup Glenn Fredly.|Edo