Jakarta, Urbannewsid.com | Bicara urban legend atau legenda perkotaan, sering juga disebut mitos urban adalah cerita yang diulang-ulang, baik cerita menyeramkan atau sekadar lelucon yang beredar dari mulut ke mulut dan secara luas dipercaya “kebenarannya”. Definisi lain menyebutkan, urban legend adalah cerita rekaan yang melibatkan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada waktu sebelumnya, seringkali memasukkan elemen humor atau horor, yang menyebar dengan cepat dan dipercaya kebenarannya secara populer.
Urban legend atau mitos mengenai misteri tertentu adalah hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat manapun. Tidak hanya di Indonesia, tapi dibelahan negara mana pun terdapat cerita urban legend tumbuh sendiri-sendiri. Beberapa urban legend bahkan diangkat ke layar lebar, sehingga tidak heran kalau misteri-misteri semacam ini semakin populer di masyarakat. Setiap tahunnya dipastikan ada saja film urban legend bernuansa horror dirilis, dengan kualitas yang variatif tentunya. Walaupun film horor terkesan menakutkan dan juga memacu adrenalin, orang-orang yang menyukai film genre ini terbilang sangat banyak.
Di Indonesia sendiri begitu banyak urban legend atau cerita misteri yang tumbuh dan muncul ditengah masyarakat. Salah satunya, di masyarakat jawab ada sebuah permainan bernama Nini Thowok sebagai warisan nenek moyang di zaman dahulu, ketika mereka percaya terhadap kepercayaan animisme. Namun kapan munculnya permainan Nini Thowok tidak diketahui dengan jelas. Hans Overbeck pada tahun 1938 dalam bukunya berjudul Javaanche Meisjesspelen en Kinderliedjes telah mencatat permainan Nini Thowok sebagai salah satu jenis permainan dari 690 jenis permainan di Indonesia.
Apabila dilihat dari suku kata maka Nini Thowok atau Thowong terdiri dari dua kata yaitu Nini dan Thowong. Nini berarti sebutan untuk anak perempuan di Jawa dan Thowong berarti muka yang putih. Cerita di masyarakat menyebutkan bahwa dahulu ada seorang perempuan bermuka putih atau thowong yang sering berbuat jahat. Suatu ketika wanita itu berbuat jahat lalu disihir oleh tetangganya menjadi roh halus dan kemudian dinamakan Nini Thowong. Nini Thowok berbentuk boneka yang terbuat dari siwur (batok kelapa), dan berpakaian perempuan. Nini Thowok memiliki sebutan yang berbeda-beda di berbagai daerah di Jawa Tengah.
Di Banyumas dikenal dengan sebutan Cowongan, di Batang dikenal dengan Cowong dan di Pemalang disebut Brendung. Di masyarakat juga berkembang bahwa permainan sejenis Nini Thowok yang ada di Jawa merupakan saudara dari permainan Jaelangkung. Jaelangkung sendiri ada yang menyebutkan dari frasa Cai Lan Gong yang berarti Datuk Keranjang Sayur mayur. Apabila Jaelangkung berjenis kelamis laki-laki, maka Nini Thowok berjenis kelamin perempuan. Hal ini terlihat dari pakaian yang dikenakan.
Banyak versi ragam cerita untuk pertama kali keberadaan serta kegunaan permainan Nini Thowok ini, yakin ada yang mengatakan dimunculkan ke tengah-tengah masyarakat sebagai perwujudan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan, limpahan rezeki dan keselamatan dalam menjalani hidup. Biasanya kesenian Nini Thowok dipertunjukkan selepas panen padi. Tapi, dalam perkembangan selanjutnya, permainan ini tidak hanya untuk keperluan upacara saja, tetapi dapat digunakan untuk permainan belaka, namun tentunya butuh nyali untuk bermain dengan boneka Nini Thowok yang dipengaruhi roh makhluk halus.
Karena, dalam permainannya roh halus tersebut diusahakan masuk ke boneka Nini Thowok oleh sang pawang. Biasanya roh halus yang masuk adalah seorang perempuan atau “Sang Bidadari”. Meskipun permainan Nini Thowok hanya bertujuan untuk hiburan atau mengisi waktu luang, tetapi syarat berupa sesaji, bunga dan kemenyan tettap mewarnai permainan ini. Adapun macam sesaji ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Bukan saja sekedar nyali, ukuran fisiknya yang besar setinggi manusia, maka saat kerasukan diperlukan dua hingga tiga orang untuk mengendalikannya.
Legenda Nini Thowok yang sangat populer inilah, memicut rumah produksi TBS Films dengan trio produsernya yakni Ronny Irawan, Hendro Djasmoro, dan Andreas Setia Putra, untuk mengangkatnya ke media film layar lebar dengan judul yang sama, yakni “Nini Thowok”. Film bergenre horor ini dibintangi oleh Natasha Wilona, artis muda berbakat, dan sederet bintang lainnya yaitu Ingrid Widjanarko, Jajang C. Noer, Gesata Stella, Slamet Ambari, serta pemain anak-anak Nicole Rossi dan Rasyid Al Buqhory. Sementara, skenario ditulis oleh Alim Sudio & Erwin Arnada, diperkuat oleh penulis novelis hits Agnes Davonar sebagai creative advisor.
Film Nini Thowok inipun sekaligus menjadi penanda kembalinya si anak hilang, Erwin Arnada, terjun kembali ke dunia perfilman nasional, khususnya film horor. Erwin yang saya kenal sebagai journalist, memang juga populer dikalangan dunia perfilman lewat produksinya seperti Jelangkung (2002), Tusuk Jelangkung, Bangsal 13, Catatan Akhir Sekolah, 30 Hari Mencari Cinta, dan sebagainya. Erwin yang hijrah dan menghabiskan waktunya di Pulau Bali ini, justru tertantang menjajal kemampuannya selaku sutradara di film ini. “Saya banyak memproduseri film, tapi baru kali ini mendirect langsung film horor. Ya, semoga saja berkenan,” pungkas Erwin, saat memperkenalkan official trailer, poster dan soundtrack di The Hook Resto & Bar, Senopati, Kamis (11/1) siang.
Bicara soal film tidak bisa sepotong-sepotong, harus lengkap, karena didalamnya banyak unsur (elemen) yang melekat. Bicara film, bukan pula soal visual semata yang merekam adegan, karakter pemain atau sinomatografinya saja. Tapi, keberadaan musik (scoring atau soundtrack) menjadi salah satu poin penting dalam membangun emosi serta memperkuat cerita yang ada. Musik memberikan roh, agar film itu hidup dan bernyawa. Kehadiran musik dalam sebuah film bukan sekedar tempelan, tapi ia menyatu secara utuh hingga kapan pun mendengarkan akan tahu film apa yang sedang dimainkan, karena melekat dalam memori penonton.
Dakam film Nini Thowok, TBS Films pun menggaet Mytha Lestari, seorang penyanyi yang memulainya debutnya diajang pencarian bakat, membawakan soundtrack film ini bertajuk “Takkan Pernah Mati” ciptaan Raguel Lewi. Bagi Mytha, ini pertama kalinya dia mengisi soundtrack untuk film layar lebar, mengemukakan bahwa dirinya sangat excited menerima tawaran dari pihak TBS Films. Saat diperdengarkan, memang nampak dari sisi aransemen dan lirik lagu ini memiliki keterikatan dengan cerita dan nuansa film, walau nuansa pop masih kental muncul dari karakter vokal Mytha. Tapi, beruntung terbungkus oleh omamen bunyi gending Jawa dalam beberapa bagian lagu.
Walaupun film horor terkesan menakutkan dan juga memacu adrenalin, terbukti banyak orang yang menyukai genre film yang satu ini. Jalan cerita yang biasanya terkesan menceritakan misteri dan juga penuh dengan teka-teki, pastinya cukup membuat sebagian besar orang penasaran akan sensasi ketakutan, tercekam, dan dibuat lelah saat menonton. Jadi, bersiaplah menguji nyalimu dan rasakan sensasi dengan runut cerita film Nini Thowok akan tayang pada 1 Maret 2018 mendatang di seluruh bioskop Tanah Air. Ayo! Nonton Film Indonesia.|Edo