Jakarta, UrbannewsID.| Melemahnya daya tahan budaya ditenggarai karena kegagalan kita sebagai bangsa menyikapi globalisasi secara cerdas, sehingga mudah menerima dan menerapkan budaya asing yang beberapa aspeknya justru bertentangan dengan budaya bangsa kita sendiri.
Nasionalisme yang kian memudar dan ketahanan budaya yang terus melemah berpotensi menggoyahkan bangunan ‘rumah Indonesia’ yang bersifat multietnik dan multikultural. Kondisi ini mengindikasikan Indonesia sebagai negara-bangsa (nation-state) belum sepenuhnya terbangun.
Menghadapi tantangan dan problem tersebut diatas, dibutuhkan upaya semua pihak memiliki tanggung jawab untuk melestarikan budaya tanah air nya sendiri. Sebab budaya merupakan benteng terakhir yang melindungi bangsa Indonesia dari ancaman globalisasi dan modernisasi.
Memajukan, memelihara, dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia di tengah peradaban dunia, adalah bentuk ketahanan budaya untuk membentuk karakter bangsa itu sendiri. Kontribusi yang adaktif yakni menerima perubahan, mampu menjalin komunikasi lintas budaya, serta berfikir kritis.
Keprihatinan melunturnya karakter jati diri bangsa Indonesia yang berbudaya, bermartabat dan berjiwa gotong-royong, bukannya bangsa Indonesia yang individualisme. Mendorong sekumpulan para sahabat dengan latar belakang berbeda yang tergabung dalam grup WhatsApp memproklamirkan diri membentuk wadah bernama “Yayasan Benteng Budaya Indonesia”.
Menurut Ruly Rahadian, yang di dampuk sebagai Ketua Umum Yayasan Benteng Budaya Indonesia, kekayaan bangsa Indonesia yang adiluhung dan beranekaragam ini harus dapat diwariskan secara turun temurun hingga ke generasi berikutnya. Sehingga generasi berikutnya mampu menjaga kebudayaan nya sendiri.
“Yayasan Benteng Budaya Indonesia hadir sebagai bentuk keperdulian rekan-rekan sebagai anak bangsa terhadap Budaya nya sendiri. Ini merupakan wadah yang dapat merepresentasikan keberagaman budaya bangsa, media untuk melestarikan dan mengimplementasikan nilai adat dan kebudayaan Indonesia,” ujar Ruly Rahadian, saat dijumpai dalam acara soft launching BBI di Auditorium Perbanas Jakarta, Minggu (9/7) Siang.
Ruly Rahadian yang juga Staf Ahli bidang Bela Negara, Direktorat Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, menambahkan, kita harus berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan atau menjadikannya sebagai landasan operasional guna menghadapi persoalan-persoalan bangsa dan melaksanakan pembangunan bangsa.
Sementara, Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, Rektor Perbanas Intitute Jakarta, sebagai Pembina Yayasan Benteng Budaya Indonesia, menekankan, di era millennial dimana percepatan digitalisasi mendorong arus informasi global tak lagi berjarak dan hanya sebatas ujung jari, sangat cepat mempengaruhi sikap perilaku generasi saat ini. Tapi menurutnya, tidak perlu merasa khawatir apalagi mencagahnya dengan kemajuan teknologi.
“Justru, kita harus melek dan mampu memunculkan inovasi berbasis teknologi untuk mengikuti perkembangan zaman. Peradaban baru memang telah lahir, mereka menyebutnya Generasi-C, yakni sebuah genarasi Creative dan Connective. Untuk itu, Budaya sebagai produk karsa, cipta dan karya, perlu ditanamkan sebagai benteng pertahanan,” tegas Marsudi Wahyu Kisworo.
Yayasan Benteng Budaya Indonesia (BBI) yang rencananya akan di deklarasikan secara resmi berikut dengan pengukuhan para pengurusnya di bulan Agustus mendatang. Bintang film senior dan juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Niniek L Karim, sebagai penasehat BBI, menuturkan, kebudayaan adalah hasil rajutan olah pikir serta akal budi nenek moyang yang membuat bangsa kita tetap bisa hidup dan berkembang hingga kini.
“Maka, sudah seharusnya kita yang berkumpul di BBI atau segenap warga bangsa lainnya, menjaga ‘bening’nya setiap tetes embun karunua Illahi dan warisan budaya adi luhung budaya, sebagai sumber kehidupan warga bangsa seantero nagari kita. Saya percaya, kita semua berkumpul di sini dengan niat tulus untuk memelihara dan menebarkan spirit positif hasil olah fikir-nurani-seni anak bangsa Indonesia, kini maupun esok,” tutup Niniek L Karim.|Edo