Urbannews | Di bawah gemerlap lampu Lagoon The Sultan Hotel, Senayan, Jakarta, Minggu malam itu terasa lebih hangat dari biasanya. Para tokoh perfilman Tanah Air berkumpul, bukan untuk syuting atau konferensi pers, melainkan untuk satu perayaan yang begitu bermakna: Malam Penganugerahan Festival Film Wartawan (FFW) 2025 yang digelar, Minggu (9/11) di Jakarta.
Di antara tamu undangan yang hadir, terlihat sosok Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang tampil dengan semangat penuh ketika berbicara tentang makna film bagi bangsa. “Film menyampaikan pesan inspirasi dan semangat. Usmar Ismail adalah wartawan pejuang yang menjadikan film sebagai alat perjuangan, bukan sekadar hiburan,” ujar Fadli dalam sambutannya.
Baginya, wartawan dan sineas adalah dua sisi dari koin yang sama — keduanya menulis realitas dan menggali nurani untuk menyalakan imajinasi publik. “Semoga semakin banyak film Indonesia yang mendapatkan penghargaan internasional,” tambahnya penuh optimisme.
Malam Penghargaan yang Penuh Kehangatan
Deretan tokoh perfilman Indonesia tampak memenuhi ruangan: Slamet Rahardjo, Christine Hakim, Garin Nugroho, Raihaanun, Sahila Hisyam, hingga Kristo Immanuel. Tawa dan tepuk tangan silih berganti, menciptakan suasana kekeluargaan yang jarang terlihat di acara penghargaan film lainnya.
Namun malam itu menjadi lebih istimewa ketika Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, hadir sebagai tamu kehormatan. Kehadirannya menjadi simbol persahabatan dua bangsa yang memiliki semangat budaya yang sama.
Fadli Zon pun menyambut hangat kedatangannya. Ia berharap, hubungan baik ini dapat melahirkan kolaborasi baru di industri perfilman antara Indonesia dan Timor Leste.
“Film bisa menjadi jembatan budaya, sekaligus ruang untuk memperkuat persaudaraan antarnegara,” kata Fadli dengan senyum penuh makna.
Jejak Wartawan dalam Sejarah Sinema Indonesia
Salah satu momen yang mencuri perhatian datang dari sutradara Garin Nugroho. Dalam pidatonya, Garin mengisahkan bagaimana wartawan ternyata memegang peran penting dalam sejarah awal film Indonesia.
“Wartawan Koran Sin Po pada tahun 1920 menulis berita berjudul ‘Ada Gambar Ajaib’. Saat itu orang belum pernah melihat gambar bergerak — dan film yang dimaksud adalah Lutung Kasarung,” tutur Garin, disambut decak kagum para tamu.
Dari sanalah muncul generasi awal sineas seperti Usmar Ismail, wartawan sekaligus pembuat film yang menjadikan layar lebar sebagai sarana perjuangan dan ekspresi nasionalisme.
FFW 2025: Ruang Bertemunya Imajinasi dan Realitas
Lebih dari sekadar ajang penghargaan, Festival Film Wartawan (FFW) menjadi ruang temu antara dua profesi yang saling menginspirasi — wartawan dan sineas.
Keduanya sama-sama berperan menulis kisah manusia, mencatat perubahan zaman, dan menyalakan harapan melalui medium yang berbeda.
Malam itu, sinema bukan hanya dipandang sebagai hiburan, melainkan sebagai bahasa universal yang menghubungkan nurani dan imajinasi.
Dan di tengah tepuk tangan penutup acara, terasa bahwa FFW 2025 bukan sekadar festival film. Ia adalah bentuk penghormatan — kepada para pencerita, pencatat sejarah, dan penggerak budaya bangsa.
Berikut Daftar Pemenang FFW 2025
– Genre Horor:
Aktris Pendukung Terbaik: Dinda Kanyadewi (Kitab Sijjin & Illiyin)
Aktor Pendukung Terbaik: Tarra Budiman (Kitab Sijjin & Illiyin)
Aktris Utama Terbaik: Acha Septriasa (Qodrat 2)
Aktor Utama Terbaik: Fedi Nuril (Sukma)
Penulis Skenario Terbaik: Riheam Junianti (Santet Segoro Pitu)
Penyunting Gambar Terbaik: Febby Gozal & Sentot Sahid (Dendam Malam Kelam)
Penata Kamera Terbaik: Amalia TS (Santet Segoro Pitu)
Sutradara Terbaik: Tommy Dewo (Santet Segoro Pitu)
Film Terbaik: Santet Segoro Pitu
– Genre Komedi:
Aktris Pendukung Terbaik: Asri Welas (Cocote Tonggo)
Aktor Pendukung Terbaik: Christoffer Nelwan (Jodoh 3 Bujang)
Aktris Utama Terbaik: Mawar de Jongh (Tinggal Meninggal)
Aktor Utama Terbaik: Omara Esteghlal (Tinggal Meninggal)
Penulis Skenario Terbaik: Kristo Immanuel, Jessica Tjiu (Tinggal Meninggal)
Penyunting Gambar Terbaik: Cesa David Luckmansyah, Apriady Fathullah Sikumbang (Modal Nekad)
Penata Kamera Terbaik: Edi Michael (Keluarga Super Irit)
Sutradara Terbaik: Kristo Immanuel (Tinggal Meninggal)
Film Terbaik: Tinggal Meninggal
– Genre Drama:
Aktris Pendukung Terbaik: Lola Amaria (Gowok: Kamasutra Jawa)
Aktor Pendukung Terbaik: Boris Bokir (Panggil Aku Ayah)
Aktris Utama Terbaik: Sheila Dara Aisha (Sore: Istri Dari Masa Depan)
Aktor Utama Terbaik: Ringgo Agus Rahman (Panggil Aku Ayah)
Penulis Skenario Terbaik: Yandy Laurens (Sore: Istri Dari Masa Depan)
Penyunting Gambar Terbaik: Hendra Adhi Susanto (Sore: Istri Dari Masa Depan)
Penata Kamera Terbaik: Roy Lolang (Perang Kota)
Sutradara Terbaik: Yandy Laurens (1 Kakak 7 Ponakan)
Film Terbaik: Sore: Istri Dari Masa Depan
Anugerah Pengabdian Seumur Hidup:
– Bidang Film: Christine Hakim
– Bidang Pers: Ipik Tanoyo
Anugerah Khusus Juri: Film Siapa Dia




https://shorturl.fm/FDVwF