Urbannews | Langit Cibis Park, TB Simatupang, pada 8 November 2025, akan bergetar bukan hanya oleh dentuman musik, tetapi oleh denyut kebersamaan. Di sanalah dua arus besar musik urban—hip hop dan reggae—akan bertemu, bukan untuk saling menantang, melainkan untuk saling menguatkan dalam satu harmoni bernama Rise Up Unity 2025.
Bukan sekadar panggung pertunjukan, Rise Up Unity adalah ruang perjumpaan: tempat di mana beat dan bass menjadi bahasa universal yang menembus sekat genre, dan ritme menjadi jembatan antarjiwa yang berbeda latar. Ia adalah perayaan persaudaraan dalam bunyi, sekaligus panggilan untuk bergerak bersama menuju perubahan sosial yang nyata.
“Kami ingin musik jadi jembatan, bukan sekadar hiburan. Waktu dunia berhenti, kami justru ingin bergerak. Jadi, ini bukan sekadar musik, tapi ajakan untuk menyatukan energi positif dan mengubah kesadaran menjadi tindakan,” ungkap Dirayha, produser sekaligus salah satu penggerak utama proyek ini, saat jumpa pers, Selasa (28/10) di Kemang, Jakarta.
Empat sosok penggerak siap menyalakan bara semangat itu: Ras Muhamad, sang duta reggae yang bersuara dunia; Tuan Tigabelas, penyair jalanan yang menulis tentang perjuangan; Conrad Good Vibration, penjaga getaran positif; dan Dirayha, penggubah harmoni dengan jiwa pembebasan. Mereka tak datang sendiri—bersama mereka, barisan seniman lintas scene siap berpadu dalam satu frekuensi: dari ranah hip hop hadir Laze, Kapala Itang, Iqbal N.G.A., Joe Million, dan Mister Nobody; sementara dari akar reggae tumbuh nama-nama seperti Radit Echoman, Namoy Budaya, Andrez and The Babylion, Alien Punk, dan banyak lagi.
Namun, Rise Up Unity 2025 bukanlah ajang untuk unjuk diri, melainkan panggilan untuk bersatu dalam aksi. Di sini, musik menjadi energi pemersatu—menggerakkan langkah, membuka hati, dan menyalakan kesadaran bahwa perubahan tak pernah lahir dari persaingan, melainkan dari kolaborasi.
Satu getaran, satu gerakan. Dari musik, untuk manusia. Dari harmoni, menuju perubahan.
