Urbannews | Dalam gelapnya malam, kadang tawa bisa terdengar lebih menakutkan daripada jeritan. Di ruang antara nyata dan nalar, horor dan humor saling menggoda—dan di sanalah “Maju Serem Mundur Horor” berdiri. Sebuah karya yang bukan hanya bermain di genre, tapi di hati para pemain yang menghidupkannya. Di balik lelucon, ada luka. Di balik teriakan, ada keberanian. Dan di balik setiap adegan, ada para bintang yang bersinar dengan caranya masing-masing.
Dan, apa jadinya jika mimpi buruk dijadikan tugas akhir? Empat mahasiswa film—Poltak, Bowo, Dede, dan Asikin—memilih mengabadikan ketakutan mereka ke dalam layar, bukan untuk kabur, tapi untuk dihadapi. Di tangan sutradara Chiska Doppert, perjalanan absurd ini menjelma jadi pengalaman sinematik yang menggelitik sekaligus mengguncang.
Tak hanya menjual kisah, film ini adalah panggung para pemain yang menyalakan nyawa cerita. Dodit Mulyanto hadir bukan sekadar jadi pengocok perut, tapi juga menjadi pusat gravitasi kekonyolan yang tetap terasa manusiawi. Dodit bermain seperti dirinya sendiri: jujur, canggung, dan tak tertebak. Di sisinya, Maell Lee membawa kekuatan fisik dan ekspresi slapstick yang memperkuat rasa absurditas di tengah atmosfer supranatural.
Lalu ada Sara Wijayanto, sang penjaga sisi mistis. Dengan ketenangan yang menusuk dan aura spiritual yang kuat, Sara bukan hanya karakter dalam cerita—ia adalah pengingat bahwa horor bukan sekadar efek suara, tapi sesuatu yang bisa menyelinap pelan ke dalam jiwa.
Tiara Andini dan Mumun menambahkan warna kontras dalam palet ini. Tiara, dengan pesona muda dan kepolosan yang bisa berubah jadi keberanian, adalah perwakilan Gen-Z yang cerdas sekaligus gelisah. Mumun, sebagai karakter jenaka sekaligus misterius, adalah jembatan antara lelucon dan lorong gelap yang menanti di belakang kamera.
Film rumah produksi Makara Production ini tak hanya mengandalkan chemistry antar-pemain, tapi juga kekuatan narasi yang menyentuh tema lebih dalam: tekanan akademik, persahabatan, dan pilihan hidup yang kadang terasa seperti kutukan. Reza Kelik dan tim konsultan komedi memastikan setiap lelucon tidak sekadar lucu, tapi relevan dan menyentuh akar keresahan penonton muda.
Mengusung semangat Warkop DKI dalam balutan sinema masa kini, “Maju Serem Mundur Horor” menawarkan tawa yang tidak ringan, dan horor yang tidak klise. Ini bukan sekadar film untuk ditonton, tapi untuk dialami—karena setiap karakter, setiap konflik, dan setiap adegannya adalah cermin dari absurditas hidup yang kita jalani.
Tayang serentak mulai 23 Oktober 2024, film ini mengajak kita memilih: maju dalam tawa yang menakutkan, atau mundur dalam takut yang menggelikan. Tapi satu hal pasti, siapapun yang masuk ke dalam ceritanya tak akan keluar dengan perasaan yang sama.
Tambahkan ke daftar tontonanmu: https://s.tix.id/RDNb. “Maju Serem Mundur Horor”—ketika horor tak pernah sejenaka ini, dan tawa tak pernah seseram ini.