Urbannews | Di sebuah ruang sederhana di Selatan Jakarta, pada Selasa, 23 September 2025, ada pertemuan yang sekadar temu mata, ada pula yang menjadi perjalanan batin. Sore itu, ruangan dipenuhi senyum dan pelukan, waktu seperti berhenti sejenak. Rambut yang memutih, langkah yang tak lagi secepat dulu, tak mampu meredupkan cahaya persahabatan yang tumbuh puluhan tahun silam di Fakultas Publisistik Moestopo, yang kini dikenal sebagai Fikom.
Ketika nama-nama dipanggil, seakan lembar album lama dibuka. Gelak tawa menyeruak, bercampur dengan linangan air mata bahagia. Ada kisah tentang cinta masa muda yang kini menjadi gurauan, ada pula cerita perjuangan karier yang membawa inspirasi. Semua hadir dengan kehangatan yang sama: kita pernah muda bersama.
Hidangan di meja hanyalah pelengkap. Yang sesungguhnya mengenyangkan adalah percakapan panjang yang tak ingin berhenti. Saling menanyakan kabar, saling menggoda dengan candaan khas mahasiswa era 70-an, hingga menyanyikan lagu-lagu kenangan yang menggema menembus dinding ruang.
Dalam keharuan, terselip keseruan. Dalam gelak, ada rindu yang terobati. Reuni ini adalah jendela yang memperlihatkan: waktu boleh jauh berjalan, namun hati tak pernah benar-benar berpisah.
Reuni ini bukan hanya pertemuan biasa, melainkan pengikat kembali persaudaraan yang telah terjalin lebih dari empat dekade. Semua yang hadir seakan sepakat, bahwa kenangan dan persahabatan dari Fikom Moestopo akan selalu abadi, meski waktu terus berjalan.
Pada akhirnya, sebelum beranjak pulang, ada janji tak terucap namun sama-sama dirasakan: bahwa pertemuan ini bukan yang terakhir. Selalu ada ruang untuk kembali bersama, mengingat, dan tertawa dalam persaudaraan.