Urbannews | Industri perfilman Indonesia ibarat sebuah panggung besar: gemerlap di permukaan, namun di balik layar penuh peluh dan pertaruhan. Festival Film Wartawan (FFW) hadir sebagai cermin alternatif, bukan sekadar perayaan, melainkan ruang renung yang mengulas asa, menguras energi, dan merawat optimisme para pelaku film di tengah gelombang pasang surut industri.
Ada yang berbeda dari Festival Film Wartawan (FFW). Ia tidak sekadar mengumumkan pemenang, melainkan mengajukan pertanyaan besar: ke mana arah industri film Indonesia akan berlabuh? Di tangan para wartawan yang sehari-hari menuliskan kisah layar lebar, FFW memaknai film bukan hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai denyut nadi kebudayaan dan pasar yang terus beradaptasi.
Di balik sorotan lampu dan tepuk tangan, industri perfilman nasional masih bergulat dengan banyak hal: distribusi yang timpang, dominasi genre tertentu, hingga daya tahan menghadapi arus global. Dalam konteks inilah FFW menjadi barometer lain, yang menilai bukan sekadar keindahan artistik, melainkan juga resonansi film di mata publik.
“Menguras asa” bukan hanya metafora kelelahan, melainkan gambaran nyata bagaimana sineas dan insan film mengeluarkan segala daya agar karya tetap hidup. Dari penulis naskah, sutradara, aktor, hingga teknisi, semuanya menaruh harap bahwa film Indonesia tetap mendapat ruang di hati penonton. Wartawan, melalui festival ini, menjadi saksi sekaligus pengingat bahwa apresiasi adalah bahan bakar untuk bertahan.
Namun dari keletihan itulah lahir optimisme. FFW membuktikan bahwa film Indonesia, dengan segala keterbatasannya, mampu memancarkan cahaya. Bahwa karya tidak hanya milik layar bioskop, melainkan juga percakapan sehari-hari, kritik media, hingga pengakuan festival. Di situlah harapan disulam, setahap demi setahap, agar perfilman Indonesia tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga tumbuh dengan martabat.
Pada akhirnya, Festival Film Wartawan (FFW) mengajarkan bahwa film bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah ekosistem. Dan dalam ekosistem itu, wartawan memainkan peran penting: merawat asa, meski terkadang harus mengurasnya.