Foto (Ki-Ka): Anita Buchari – PR Corporate & Partnership Askara Nation, Harry Koko Santoso – Regional Affairs Director Askara Nation, Annang Sadinu – CEO Askara Nation, Azzust Salim – Creative Development Director Askara Nation, M. Fauzi Ferdiansyah – Chief Operating Officer (COO) Askara Nation.
Urbannews | Kamis (27/2) sore dibilangan Jakarta Selatan, saya bersama beberapa rekan jurnalis berkesempatan bincang santai dengan petinggi dan manajemen Askara Nation, promotor baru yang dihuni oleh orang-orang lama, menyoal kiprah atau debutnya di showbiz dengan menggelar konser JISOO Asia Tour 2025 di Manila, Philippines.
Acara yang akan dihelat pada 14 Maret 2025, bertempat di Smart Araneta Coliseum Quezon City, Manila, Philippines ini, semata-mata bukan berkesempatan dapat peluang ditunjuk pihak JISOO, yang sedang menggelar tour Asia-nya di tahun 2025, dalam rangka promosi Album terbarunya bertajuk “Amortage” yang dirilis pada 14 Februari 2025, sebagai penyelenggara konser, Dan, Manila, Philippines, jadi tujuan konsernya, selain Malaysia dan Vietnam.
Tapi, ada catatan menarik yang terungkap dari bincang santai, kenapa Askara Nation mau mengambil kesempatan ini, dan mengapa harus bersusah payah menggelar pertunjukannya di negara tetangga, yakni; karena beberapa faktor, seperti potensi pasar yang lebih besar, dukungan dari pemerintah negara lain, dan minat tinggi dari komunitas internasional. Selain, konser di luar negeri sering kali menawarkan peluang yang lebih baik dalam hal pendapatan dan eksposur bagi artis.
Alasan lainnya, selain memperluas basis Askara Nation selaku promotor di pasar global, termasuk dapat meningkatkan citra positif Indonesia di kancah internasional. Dukungan dari pemerintah negara lain sering kali mempermudah penyelenggaraan konser. Beberapa negara memiliki kebijakan yang mendukung acara budaya, termasuk konser musik, yang dapat memberikan insentif bagi promotor untuk mengadakan acara di sana. Selain itu, kerjasama dengan promotor lokal di negara tujuan dapat membantu dalam logistik dan pemasaran, sehingga acara dapat berjalan lebih lancar.
Konser di luar negeri sering kali menawarkan peluang pendapatan yang lebih baik. Selain penjualan tiket, promotor dapat memperoleh pendapatan tambahan dari merchandise, sponsor, dan siaran langsung. Dengan biaya produksi yang mungkin lebih tinggi, potensi keuntungan juga meningkat, terutama jika konser tersebut sukses menarik banyak penonton.
Terakhir, konser di luar negeri dapat menjadi langkah strategis untuk membangun citra promotor Indonesia di tingkat internasional. Dengan menampilkan panggung internasional, promotor dapat meningkatkan reputasi mereka dan membuka peluang untuk kolaborasi dengan stakeholders showbiz dari negara lain. Ini juga dapat menjadi langkah awal untuk memasuki pasar musik global yang lebih besar.
Secara keseluruhan, keputusan promotor Indonesia untuk menggelar konser di luar negeri didorong oleh kombinasi faktor pasar, dukungan pemerintah, minat audiens, potensi pendapatan, dan peluang pengembangan karier artis yang di usungnya. Hal ini menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.
Kelemahan dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan konser di negeri sendiri
Dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan konser di Indonesia sering kali terhambat oleh beberapa kelemahan. Pertama, proses perizinan yang rumit dan birokrasi yang panjang dapat menghambat penyelenggaraan acara, seperti yang diungkapkan oleh Presiden Jokowi mengenai banyaknya izin yang harus diurus.
Kedua, kurangnya infrastruktur yang memadai, seperti akses transportasi dan venue yang sesuai, sering kali menjadi kendala. Hal ini dapat mengakibatkan masalah dalam mobilitas penonton dan pengalaman keseluruhan saat konser. Selain itu, perhatian yang kurang terhadap aspek keamanan dan kenyamanan penonton juga menjadi sorotan, yang dapat mempengaruhi reputasi penyelenggaraan konser di Indonesia.
Ketiga, dukungan finansial yang terbatas dari pemerintah untuk acara budaya dan musik juga menjadi faktor penghambat. Tanpa dukungan yang cukup, promotor mungkin kesulitan untuk mengadakan konser berkualitas tinggi yang dapat menarik perhatian publik.
Secara keseluruhan, kelemahan dalam dukungan pemerintah mencakup birokrasi yang rumit, infrastruktur yang tidak memadai, dan kurangnya dukungan finansial, yang semuanya dapat menghambat perkembangan industri konser di Indonesia. Kelemahan dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan konser di negeri sendiri dapat dilihat dari beberapa aspek yang signifikan:
1. Proses Perizinan yang Rumit
Banyaknya izin yang harus diurus sering kali menjadi penghalang bagi promotor untuk menyelenggarakan konser.
Birokrasi yang panjang dan tidak efisien dapat menyebabkan keterlambatan dalam persiapan acara, sehingga mengurangi daya tarik bagi artis internasional untuk tampil di Indonesia.
2. Infrastruktur yang Tidak Memadai
Kurangnya venue yang sesuai dan fasilitas yang memadai dapat menghambat penyelenggaraan konser berkualitas.
Akses transportasi yang sulit dan tidak terintegrasi dengan baik dapat menyebabkan kesulitan bagi penonton untuk mencapai lokasi konser, yang berdampak pada jumlah pengunjung.
3. Aspek Keamanan dan Kenyamanan Penonton
Keamanan yang kurang diperhatikan dapat menimbulkan kekhawatiran bagi penonton, yang berpotensi mengurangi minat untuk menghadiri konser.
Kenyamanan penonton, seperti fasilitas toilet, tempat duduk, dan area istirahat, sering kali tidak memadai, yang dapat mempengaruhi pengalaman keseluruhan saat acara berlangsung.
4. Dukungan Finansial yang Terbatas
Tanpa dukungan finansial yang cukup dari pemerintah, promotor kesulitan untuk mengadakan konser dengan kualitas tinggi.
Keterbatasan dana dapat mengakibatkan pengurangan dalam aspek produksi, promosi, dan pemasaran, yang berpengaruh pada keberhasilan acara.
5. Kurangnya Promosi dan Koordinasi
Meskipun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berperan dalam promosi, sering kali upaya tersebut tidak cukup untuk menarik perhatian publik secara luas.
Koordinasi antara berbagai instansi pemerintah yang terlibat dalam penyelenggaraan konser sering kali tidak berjalan lancar, yang dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian bagi promotor.
6. Ketidakpastian Kebijakan
Perubahan kebijakan yang mendadak atau tidak konsisten dapat menciptakan ketidakpastian bagi promotor dalam merencanakan acara.
Hal ini dapat mengakibatkan kerugian finansial dan mengurangi minat untuk menyelenggarakan konser di masa depan.
Secara keseluruhan, kelemahan dalam dukungan pemerintah mencakup proses perizinan yang rumit, infrastruktur yang tidak memadai, kurangnya perhatian terhadap keamanan dan kenyamanan penonton, dukungan finansial yang terbatas, serta kurangnya promosi dan koordinasi yang efektif. Semua faktor ini berkontribusi pada tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan konser di Indonesia.