Urbannews | Dalam perjalanannya, Star With a Gigs (SWAG) event yang selalu mengandalkan etos kerja kolektif, di mana saling membahu sebagai modal utama agar semuanya bisa terjadi dan terwujud. Pada edisi ke-75, Selasa (5/6/2024) malam yang dihelat di Kala di Kalijaga, kawasan Blok M, Jakarta Selatan, SWAG Event makin bertaji, seru dan pecah abis.
Dalam silaturahmi musikal malam itu, SWAG Event tidak membuang kesempatan dalam perhelatan musik mingguannya, membawa gerbong pasukan tempur lewat deretan artis terbilang cukup mumpuni. Sebut saja; The Chasmala, 3 Tahier, Rudy Nugraha (eks vokalis Caffeine), Lyla, Band Om Om, Bunga Band, Franki Indrasmoro alias Pepeng (eks Naif), Element dan Basejam,
Tepat pukul 19.30 WIB, duo mc paling ikonik Ncek n’ Eno langsung tancap gas, mereka cukup membuka acara block party-nya SWAG Event, selebihnya dibiarkan mengalir secara bergantian deretan artis penampil, dimana masing-masing unjuk rasa dan gaya lewat deretan hits-nya dihadapan berbilang ratusan penonton, yang notabene penggemarnya.
Keseruan dan pecahnya perhelatan SWAG Event edisi ke-75 ini, bukan soal jumlah penonton yang membludak penuh riang gembira, dimana bangku-bangku di seputar panggung atau venue di Kala penuh terisi, bahkan ada yang rela harus berdiri. Tapi, dibalik keseruan ini terselip senyum penuh syukur bagi para tenants yang mendulang rezeki penuh keberkahan.
Bagaimana tidak, SWAG Event besutan Dhiche Stage pada edisi ke-75 yang konon katanya di take over secara produksi juga talent artisya oleh Ferdy ‘Element’ Taher ini. Jejeran bangku yang berada dipojokan tempat tenant penjual sate ayam dan taichan, serta mie ayam yang biasanya kosong, malam itu penuh sesak, bahkan pembelinya pun rela mengantri.
Tidak ketinggalan, TwinHouse pun kecipratan rezeki dan keberkahan, area kaca, samping hingga belakang penuh sesak Menurut pengelola TwinHouse, acara SWAG Event pecah banget, anak buahnya harus mondar mandir tiada henti baik yang terima orderan maupun mengantar pesanan. “Alhamdulillah malam ini penuh berkah,” tukasnya dengan sumringah.
SWAG Event nampaknya sudah menemukan bentuknya. Awalnya dilakoni dengan penuh peluh juga ikat pinggang, lambat laun terus merangkak naik dan jadi perbincangan para pencari gigs di skena musik indie. Tinggal satu etape atau satu level lagi SWAG Event untuk bisa berada dipuncak kesuksesannya. Tinggal menggenjot tim-work yang solid, serta ekosistem mumpuni.
Catatannya, misal; Tim dokumentasi yang stanby, baik foto maupun video, ini berguna sebagai catatan perjalanan sejarah SWAG Event ataupun portofolio. Memiliki tim medsos yang selalu siap updating kegiatan, ini media baru cara berpromosi. Dan, kedua tim-work tersebut sangat erat bergandeng tangan dan perlu, tersebab inilah ruang’ informasi, komunikasi juga negoisasi. Artinya, SWAG Event sudah saatnya berdiri tegak, dan menghidupi dirinya sendiri.
Tapi, ada satu lagi yang tidak kalah menarik, yakni SWAG Event yang awalnya tidak melulu menyuguhkan musikalitas dan performer, tapi di isi oleh ruang dialog serta edukasi seputar karya, penampilan juga industri musik, nampaknya mulai ditinggalkan. Entah kenapa?. Padahal ini yang menjadi ciri atau pembeda dengan gigs lainnya, atau mungkin dirasa tidak perlu dan tidak begitu penting.
Bagi mereka yang baru menginjakan kali di Industri musik, masukan juga krikitik yang membangun sangat perlu sebagai nutrisi agar mereka tetap ajeg dan terus berkarya. Apalagi, SWAG Event dalam perhelatannya tidak saja di dukung teman jurnalis musik, tapi juga teman Labelers serta Imarindo. Justeru ini menambah vitamin buat musisi muda. Entah sebulan, atau 2 Minggu sekali ada sesi dengar buat para talent dari teman lebelers atau Imarindo sepuatar tip n’ trik menjumput kesuksesan.
Panjang umur SWAG Event, dan teruslah tetap menyala!