Urbannews | Indonesia adalah lahan emas bagi para musisi asing mendulang dollar. Bagaimana tidak, nyaris setiap tahun, bulan dan bahkan berbilang minggu, kita disuguhi tontonan musisi asing yang bergaya di panggung Indonesia. Tidak hanya di Jakarta atau kota-kota besar lainnya, bahkan sampai merambah ke Kota setingkat kabupaten pun kebagian dikunjungi.
Apa kabar musisi Indonesia?. Semoga saja jargon ‘menjadi tuan rumah di negeri sendiri’ benar-benar bukan sekedar kata-kata apalagi pemanis rasa, tapi masih berlaku pemaknaannya. Karena itu, musisi dan musik lokal harus pula mendapat apresiasi yang sama dengan musisi internasional yang berseliweran konser di Indonesia.
Kini kita_saya juga anda semua bersyukur, masih ada orang-orang yang berani dan untuk terus mengangkat, menempatkan, dan mementaskan musik negeri sendiri sebagai bentuk penghargaan terhadap musisi dengan seabrek pengalamannya. Salah satunya bertajuk konser ‘The Piano Man: Tony Wenas’, pada Jum’at, 7 Juni 2024, di The Ballroom Djakarta Theatre, Jakarta Pusat.
Konser tunggal Tony Wenas, yang juga Presdir Freeport ini, tidak lepas dari upaya dan sokongan Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI), yang sejak berdiri hingga saat ini, sudah sering memberikan apresiasi pada musisi di tanah air dalam berbagai bentuk. Namun apresiasi kali ini, sangat berbeda. Melalui wadah baru yakni “PAPPRI Honors”, sebuah gelaran music event series ini dimulai dengan menampilkan Konser Tunggal Tony Wenas dalam tajuk ‘The Piano Man: Tony Wenas’.
“Tony Wenas menjadi pilihan untuk serial pertama ini. Nanti menyusul musisi lainnya, yang saat ini sedang dalam pembahasan. Tujuan utamanya, PAPPRI senantiasa memberikan penghargaan secara berkala terhadap musisi Indonesia,” terang Dwiki Dharmawan, Sekjen PAPPRI, salah satu inisiator lahirnya event berskala nasional ini.
Menurutnya, penghormatan pertama diberikan kepada Tony Wenas, karena Tony adalah Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat PAPPRI periode 2023-2027. Di sisi lain, karena Tony adalah musisi lintas zaman dan lintas genre, yang sejak tahun 1980 hingga hari ini eksistensinya masih terjaga. Setelah Tony Wenas, menyusul kemudian Once Mekel, Dwiki Dharmawan. Dan para musisi lainnya yang namanya melekat pada perkembangan industri musik di Indonesia.
Sementara itu, Bendahara Umum PAPPRI, Lexi M. Budiman, mengingatkan terus konsep konser Tony Wenas akan berbeda disbanding konser lainnya. Lexi secara aktif terus aktif memantau sejak awal persiapan perhelatan akbar.
“Karena menurut hemat saya, sosok Pak Tony Wenas, bukan sekadar musisi biasa. Ia memiliki keterampilan lain yang tidak dimiliki banyak penyanyi di Indonesia. Selain main piano, ia juga bisa memainkan gitar dan drum dengan baik. Namun yang lebih signifikan dari sosok beliau adalah, bahwa beliau seorang profesional dengan kualifikasi internasional. Sehingga menjaga nama baik beliau dalam konser ini menjadi sangat penting,” tandas Lexi, yang berharap pula, agar konser ini menjadi standar sebuah konser musik yang qualified.
Menampilkan Tony Wenas, dalam konser tunggalnya, bukan perkara gampang. Terutama dalam soal jadwal. Namun di sela-sela kesibukannya sebagai Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, bolak balik, Jakarta-Papua-Amerika. Ternyata Tony masih menyempatkan dirinya untuk terus bernyanyi di berbagai kesempatan, menyanyi dengan suara lantangnya yang khas sembari memainkan piano.
Syukurlah Sang Presdir Freeport ini, tetap menjaga aktifitas dan jaringan musiknya, tetap hidup dan dinamis. Buktinya, ia masih membuka diri, kolaborasi dengan berbagai nama musisi. Seperti Fariz RM, Once Mekel, Kadri Muhamad, dan sejumlah maestro musik lainnya. Seperti yang berlangsung saat ini, menjelang konser tunggalnya ini, ia sebenarnya tengah menyiapkan karya terbarunya, bekerjasama dengan musisi Addie MS.
“Saya mau tampil dalam konser ini, sebagai hormat saya pada anggota PAPPRI di seluruh Indonesia. Mereka yang hingga saat ini, terus menerus berjuang agar industri musik kita, selain jago kandang juga kelak akan jago tandang. Semoga, setelah menggarap konser tunggal saya ini, akan dilanjutkan lagi dengan musisi hebat lainnya yang banyak kita miliki,” papar Tony Wenas, suami dari Roshita Manik ini dan ayah dari Diego Clasio Fernando Wenas.
Konser bertajuk The Piano Man : Tony Wenas, yang digagas oleh DPP PAPPRI ini, rencananya jumlah penonton akan dibatasi, menyesuaikan kondisi ballroom, dengan format round table. “Tiket akan kami jual terbatas sesuai format round table. Harga tiketnya sesuai posisi tempat duduknya. Mulai pertengahan Mei ini, tiket sudah kami jual,” terang Hendra Sinadia, Koordinator Pelaksana acara tersebut.
Sang The Piano Man Tony Wenas tidak sendiri, pada konser nanti ada beberapa performers lainnya untuk memeriahkan acara. Antara lain ada Once Mekel, Ruth Sahanaya, Lilo “KLa” Romulo, Eka Deli, Kadri Mohammad. Lalu juga Rio Sidik dan Solid 80. Kemudian Kamidia Radisti menjadi MC. dan sejumlah nama lainnya.
Bertindak sebagai Pengarah Musik adalah kibordis, Krisna Prameswara. Krisna akan bekerjasama dengan musisi, Dwiki Dharmawan, dalam mengemas musik secara keseluruhan. Dimana Dwiki Dharmawan akan bertindak sebagai conductor untuk strings & horn section.
Tony Wenas merasa bahagia dan bersyukur atas dukungan dari berbagai pihak. Terutama melihat persiapan DPP PAPPRI dan kerja keras tim Event Organizer profesional berjam terbang relatif tinggi yang menyiapkan konser tunggalnya.
“Terima kasih atas semua dukungan, semoga konser tunggal saya ini bisa dikenang sebagai salah satu persembahan terbaik dari sebuah konser musik di Indonesia,” harap Tony Wenas, yang sengaja mempersiapkan diri sebaik mungkin, termasuk menyiapkan fisik dan mentalnya agar tampil prima.
Karir Musikal
Dalam Industri Musik Indonesia, kiprah music Tony Wenas, telah dimulai pada tahun 1980. Itulah saat ia masuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Disana, bersama teman-teman sekampus, mereka membentuk grup musik bernama ‘Solid 80’.
“Awalnya kami memainkan lagu-lagu The Beatles, Earth Wind and Fire. Lalu akhirnya kami menjadi band epigon Queen, karena paling sering mengcover lagu mereka. Saya masih ingat saat pertama kali menyanyikan lagu ‘Bohemian Rhapsody’ salah satu masterpiece Queen, bersama Solid 80. Di Studio 5 RRI, secara live on air.” ungkap Tony Wenas, pria kelahiran Jakarta, 8 April 1962.
Meski ‘Solid 80’, band yang membuatnya terkenal dalam industri musik, namun sosok multi talenta ini selalu membuka dirinya untuk berkarya bersama musisi lainnya. Misalnya Fariz RM yang lantas mengajaknya bergabung dengan ‘Symphony’, band yang dibentuk alm. Jimmy Paais dan Herman Gelly dimana Fariz ikut bergabung sebagai bassis. Kelompok musik yang populer di awal 80-an itu, dibentuk untuk mengakomodir perkembangan musik dunia bersamaan dengan berkembangan teknologi digital dalam dunia musik.
Selain itu, Tony Wenas pernah menjadi keybordist ‘Makara’ di tahun 1981. Ia juga pernah gabung dengan band ‘Hookerman’ , memainkan karya-karya supergroup dunia, seperti; Uriah Heep, Kansas dan Rainbow. Tony juga bagian dari ‘Prasakti’, band yang mengcover lagu-lagu klasik rock. Dan, salah satu awal perjalanan bermusiknya, bersama band sekolahnya, Tony muda tampil di Festival Band antar SMA se Jakarta.
Sementara itu perkawanan dekatnya dengan Fariz RM, terus berlanjut hingga kini. Mereka membentuk grup vokal ‘Gentlemen’, bersama Deddy Dhukun dan Mus Mujiono. Pada tahun 2023, mereka tampil di Prambanan Jazz Festival, Yogyakarta.