Urbannews | Musisi itu tak ubahnya jurnalis, yaitu sama-sama sebagai pewarta. Kalau jurnalis mewartakan kesaksiannya lewat bahasa tulisan kritisnya, sedang musisi merekam hasil amatannya lalu diolah dengan segenap imajinasi seninya kemudian diekspresikan dan dituangkan lewat bahasa musik, lagu, dan nyanyian.
Pastinya, pewartaan yang didalamnya sama walau tidak persis, berupa tuangan cerita, harapan, kritik, bahkan pernyataan sikap, atau bisa berupa pesan moralitas, spiritualitas, humanisme, tentang cinta tanah air Indonesia, dan atau tema sosial lainnya seperti kritik sosial.
Kesamaan inilah dicoba ditautkan melalui sebuah acara halalbihalal atau tepatnya sih silaturockmi musikal, Kamis (16/5) malam di Parle Resto & Cafe, Senayan Park, Jakarta. Acara yang di inisiasi Seno M. Hardjo dan komunitas baru netes yang beranggotakan terdiri dari para awak media bersama para musisi bernama PSKI (Pejuang Seni Kreatif Indonesia), berlangsung meriah.
Deretan musisi penampil unjuk kebolehan ada; Maria Pudesa (Radio Star), Jacky Nevo (Radio Star), Audrey Anggoro, Rizki Kane, Rio Adiwardhana, Asora, Trodon, Base Jam, 3Composer, Albert Tanabe, The Chasmala hingga Harsya Rieuwpassa & Rieka Roeslan. Mereka berhasil menghibur rekan-rekan awak media, termasuk Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Jaya) baru saja terpilih Kesit Budi Handoyo bersama wartawan senior TB Adhi, juga para tamu undangan yang hadir.
Hubungan wartawan dan musisi sejatinya tak hanya berjumpa kalau ada perlunya saja, atau berada diruang temu pekerjaan, seperti press conference juga manggung. Tapi, pada ruang’ temu pikir, rasa, gagasan serta kreatif.
Saya masih ingat, band legend God Bless yang selalu bermandikan cahaya di panggung nan glamor. Di pengujung 1990 hingga 2000, mereka berkumpul bersama awak media atau wartawan di sebuah kafe. Habis itu wartawan punya ulah. “Kalau begini, ngapain jreng-jreng-jreng doang.” celoteh salah satu personel.
Maka lahirlah kolaborasi musikal, misal; wartawan senior Theodore KS. menulis lirik lagu populer God Bless “Balada Sejuta Wajah” dan “Rumah Kita”. Ada juga Remy Soetansyah lewat lagu Ogut Suping dan Bla Bla Bla. Ali Akbar lewat Asasi dan Diskriminasi. Fajar Budiman lewat Roda Kehidupan, atau Menanti Kejujuran untuk Gong2000.
Saya ingin menegaskan saja, bahwa kehidupan seorang musisi sedikit banyak bersinggungan dengan wartawan. Ada hubungan mutualisme antara keduanya, layaknya mur dan baut yang saling mengikat. Tapi, tak melulu bertemu pada saat musisi berkarya kemudian ingin memperkenalkannya ke publik baru mencari media massa atau wartwan untuk menyebarkan, setelah itu selesai.
Sejatinya menempatkan jurnalis atau wartawan setara sebagai mitra kerja, sebab wartawan adalah salah pilar dari ekosistem Industri musik itu sendiri. Mereka adalah para pengepul, perawat sekaligus pelestari perjalanan sejarah dunia permusikan, baik musisinya dan karya lewat tulisan, foto maupun video sebagai dokumen penting atau bahkan bisa jadi artefak.
Untuk itu, acara halalbihalal atau silaturockmi musikal awak media dan musisi semalam bisa dijadikan awal percumbuan ide maupun gagasan untuk bergerak bersama membangun ekosistem Industri musik Indonesia lebih baik dan sehat. Kehadiran PSKI (Pejuang Seni Kreatif Indonesia) sebagai rumah kreatif bukan sekedar plang nama tanpa isi apalagi hanya mencari sensasi, tapi lebih kepada pemecah solusi lewat pemberdayaan potensi para membersnya.