Opera Majapahit; Merawat Sejarah Nusantara Lewat Lakon Gitarja, Sang Sri Tribhuwana

Art & Culture427 Dilihat

Urbannews | Kabar gembira untuk para penikmat seni, setelah sukses menggelar sekuel Gayatri, dalam format pemutaran film teater dan konser musik di Museum Majapahit Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Kembali sebuah Pementasan Opera Majapahit : Gitarja, Sang Sri Tribhuwana akan disajikan pada Kamis, 7 Desember 2023, berdurasi sekitar 1,5 jam. Bertempat di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru.

Sosok penulis, sutradara sekaligus penata artistik wanita mhyajo (lengkapnya, Mia Johannes), dalam episode keduanya dari tema dasar pementasan triloginya, seperti merawat (ibu) bhumi yang senantiasa memberikan kehidupan. Dan, karyanya berikut ini, dia lebih berani menegaskan warna, bahwa Nusantara pada abad XIll tidak hanya daerah atau etnis tertentu saja.

“Kali ini menceritakan tentang seorang Raja Putri pertama di Kerajaan nan mahsyur. Maka, selepas Gayatri, dipentaskaniah sekuel berikutnya, Gitarja. Bahwasanya, walau berbentuk trilogy, namun setiap cerita berdiri sendiri. Masingmasing memiliki kisah, romantika dan perjuangannya masing-masing. Pertalian benang merah adalah pada tajuk opera majapahit”, jelas mhyajo, di Gedung Kesenian Jakarta, Senin (4/12/2023).

Pementasan Opera Majapahit : Gitarja, Sang Sri Tribhuwana, yang dimotori GYTR.art dan 7evenotes, serta dukungan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Dalam pementasan nanti, mhyajo, didukung pula oleh Nino Prabowo (mendampingi mhyajo, sebagai narator), Franki Raden (penata musik) dengan Indonesian National Orchestra.

Selain itu, ada juga Satya Cipta dan Bethu (pesinden), beserta 12 orang pelakon, yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Pendukung lainnya, ada lwan Hutapea (penata cahaya), Nabil Husein (penata suara). Beserta Kleting Titis Wiganti, sebagai penata kostum.

“Karya seni memang seharusnya tidak baku. Biarlah mengalir seperti air. Selain karya opera majapahit ini memang masuk dalam kategori karya tumbuh, mungkin saja tahun depan yang dihadirkan adalah berupa instalasi kolase adegan dengan beberapa pelakon saja dan bermedia tidak di atas panggung,” tukas mhyajo.

Menyaksikan Opera Majapahit : Gitarja, Sang Sri Tribhuwana ini, seperti kita sedang membuka wawasan dari sebuah serpihan sejarah Nusantara. Dan, kisah, cerita serta pemaknaan pesannya layak disampaikan juga dikatahui oleh generasi penerus, tidak sekedar melalui jalur pendidikan formal semata.

Pertanyaannya, bagaimana menangkap sejarah nusantara dari sebuah panggung pertunjukan yang punya rentang waktu pendek dan jangkauannya sangat terbatas? Rasa-rasanya sebuah keniscayaan yang tersia-siakan jika dari ‘petak’ kecil tersebut ada beragam adegan yang sarat dengan ekspresi, emosi, apresiasi, momen-momen yang istimewa, serta ada proses interaksi, komunikasi dan penyampaian pesan, tak terdokumentasikan dan terekam dengan baik.

Membidik momen dan merekam peristiwa pertunjukan seni, apapun itu, adalah proses perjalan sejarah yang amat penting, guna merawat semangat zaman yang tersirat dari setiap adegan by adegan. Panggung pertunjukan seni adalah salah satu setting yang penting tidak saja dalam visualisasi foto tapi juga lewat medium rekam audio visual.

Tidak saja mendokumentasikan berupa foto atau audio-visual Pementasan Opera Majapahit : Gitarja, Sang Sri Tribhuwana. Tapi guna menumbuhkan minta baca dan dalam peningkatan kompetensi literasi bagi generasi muda, karya trilogi mhyajo, dimana setiap cerita berdiri sendiri, serta masingmasing memiliki kisah, romantika dan perjuangannya masing-masing, sangat elok jika terekam dalam ruang’ baca alias dalam format buku. Semoga!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. After examine a few of the weblog posts on your website now, and I truly like your means of blogging. I bookmarked it to my bookmark website checklist and will be checking back soon. Pls check out my website online as nicely and let me know what you think.