MENKO PMK Muhadjir Effendy Sebut Spirit Trisakti Sebagai Landasan Menuju Indonesia Emas 2045

Nasional804 Dilihat

Urbannews | Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, dalam kata sambutannya membuka Sarasehan TRISAKTI di Jakarta, 3 Juli 2023, mengatakan, karya besar Soekarno tak hanya Pancasila. Namun, salah satu gagasan lainnya Bung Karno yang sangat monumental adalah yang kita kenal dengan ajaran TRISAKTI.

“Ajaran TRISAKTI tersebut meliputi suatu ajakan revolusi yang bersendikan pada tiga hal, yaitu berdaulat dalam politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam berkebudayaan. TRISAKTI mengandung konsep universal yang tak hanya berlaku untuk Indonesia tetapi juga negara lain,” jelas Muhadjir Effend, dalam keterangan tertulis, Senin (3/7/2023).

Lebih lanjut, Muhadjir Effendy menjelaskan, revolusi politik diharapkan agar bangsa Indonesia dapat berdaulat dalam politik dengan mewujudkan perubahan politik dalam bentuk integrasi kekuatan nasional melalui demokrasi permusyawaratan yang berorientasi persatuan negara kekeluargaan.

Berikutnya, revolusi dengan berdikari secara ekonomi diharapkan bangsa Indonesia dapat berdikari mandiri dalam ekonominya dengan mewujudkan perekonomian yang merdeka, berkeadilan, berkemakmuran dengan berlandaskan usaha tolong menolong, gotong royong dalam penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak serta atas bumi, air, kekayaan alam yang terkandung di dalamnya seraya menjadi peluang bagi hak milik pribadi dan fungsi sosial seperti prinsip-prinsip yang terkandung dalam sila kelima Pancasila.

Adapun revolusi terkait dengan berkepribadian dalam berkebudayaan, khususnya kita harus bangga dengan identitas sebagai bangsa antara lain kuat dalam semangat bergotong royong yang menjadi modal sosial dalam meneguhkan solidaritas politik maupun ekonomi di atas.

Muhadjir menambahkan, Pancasila dan TRISAKTI bukan muncul begitu saja. “Tetapi itu sudah diperah, melalui kontemplasi, perenungan-perenungan yang panjang yang dirumuskan oleh Bung Karno,” ujarnya.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini melanjutkan, konsep TRISAKTI Bung Karno, yang dicetuskan Bung Karno pada pidato Peringatan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1964 di Istana Negara itu mengandung relevansi dengan situasi dan kondisi politik serta ekonomi Indonesia yang pada saat itu terlanjur di-“gempur” oleh kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik yang bertendensi neo-liberal, juga cenderung memperbesar ketimpangan sosial ekonomi serta meminggirkan kekuatan dan kemandirian bangsa.

Dalam situasi politik nasional dan global kontemporer, maka pemikiran Bung Karno itu perlu dielaborasi untuk bisa diaktualisasikan dan dikontekstualisasikan pada perkembangan zaman yang selalu dinamis.

TRISAKTI dipilih Bung Karno sebagai bentuk penggambaran atas ketiga masalah yang perlu dibenahi segera oleh bangsa secara cepat. Pada konteks saat itu, secara politik bangsa Indonsia masih belum bisa menunjukkan eksistensinya sebagai bangsa karena masih kuatnya hubungan aliansi pusat – daerah pasca dekolonialisasi, yang berarti masih kuatnya hubungan interdependensi kepada koloni baik itu berupa patronasi ekonomi maupun politik.

Secara ekonomi, waktu itu bangsa Indonesia juga mengalami ketergantungan akan pasokan bantuan ekonomi asing dalam rangka membangun perekonomian secara mandiri.Secara budaya, mentalitas terjajah menjadikan bangsa Indonesia lupa akan semangat gotong royong menjadi modal nasional dalam meneguhkan solidaritas politik maupun ekonomi.

Karena itu, maka dalam masa kini yang berubah serba cepat karena liberalisasi dan tidak menentu, sangat kompleks dan kadang membingungkan ini (dikenal dengan VUCA: Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), merefleksikan ajaran TRISAKTI Bung Karno menjadi sangat relevan.

Sebagai bangsa yang besar, saya berpendapat bahwa kita harus mampu menyatukan diri. TRISAKTI akan bisa menjadi bagian dari cara kita menunjukkan eksistensi dan identitas masyarakat Indonesia pada kancah global.Kita perlu menemukan kembali konsepsi dan strategi untuk mewujudkan TRISAKTI. Oleh karena itu, Revitalisasi TRISAKTI merupakan langkah untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Acara Sarasehan TRISAKTI yang gelar oleh Tim Pengarah Gugus Tugas Nasional GNRM; dan akan berlangsung selama tiga hari berturut-turut mulai tanggal 3 Juli sampai 5 Juli 2023. Menghadirkan Para Narasumber: Prof. Dr. Ermaya Suradinata; Dr. Erlangga Pribadi Kusman; Dr. Panji Anugerah Permana. Serta dihadiri Para perwakilan dari Kementerian/Lembaga; Pemerintah Daerah Provinsi Seluruh Indonesia; Pimpinan Organisasi Masyarakat dan Keagamaan serta Organisasi Kemahasiswaan dan Pemuda; serta tamu undangan lainnya.

Muhadjir Effendy pun menaruh harapan besar agar Sarasehan Trisakti dapat membuahkan pemikiran-pemikiran cerdas sebagai sumbangsih bagi upaya mengatasi masalah-masalah kehidupan berbangsa untuk meyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik, khususnya cita-cita menuju Indonesia Emas 2045. Sedapat mungkin hasil-hasil pemikiran sarasehan ini akan menjadi rekomendasi kebijakan, bisa dalam bentuk misalnya buku ataupun proceeding diskusi yang terpumpun baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

78 komentar