Urbannews | Saya percaya, bahwa musik adalah emosi dan alat yang sangat powerful untuk mengatur emosi. Musik itu sebenarnya hebat, kalau dalam tangan orang yang tepat dan juga dimainkan dengan tepat, seseorang bisa memengaruhi psikologi dan mengubah emosi dasar pendengar atau penontonnya. Semisal ada yang lagi sedih, bisa naikkan mood orang itu dengan musik, juga tentunya suasana yang sedang riang gembira.
Saya melihat sesuai tulisan diatas, ada pada duo musisi Endah N Rhesa, pasangan suami-istri yang teknik akustiknya yang tidak biasa. Dan, mereka bukan sekedar musisi biasa, tapi juga seorang entertainer sejati. Mereka paham betul bahwa keselarasan resonansi adalah sebuah kemewahan. Dalam estetika, yang luhur (dari bahasa Latin sublīmis) dicitrakan sebagai hasil dari citarasa kualitas keagungan, baik fisik, moral, intelektual, metafisik, estetika, spiritual, atau artistik.
Maka tidak salah, ketika Ahad, 16 Oktober 2022, sekitar pukul 14.00 WIB, saya meluncur naek KRL Commuterline untuk menyaksikan Endah N Rhesa tampil di pegelaran Jazz Goes to Kotatua. Vokal melengking nan lembut Endah Widiastuti melengkapi penampilan ciamik mereka. Setelah menghibur dengan kolaborasi teknik gitar dan bass, Endah N Rhesa mempersembahkan lagu “Pulang ke Pamulang”.
Seperti judulnya, lagu tersebut ditujukan untuk wilayah tempat tinggal Endah dan Rhesa, yakni Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Kata “Pamulang” sesekali diganti dengan “Kotatua” saat Endah melantunkan lagu. Dari mengingat kampung halaman atau tempat pulang, seketika tema berganti menjadi kisah percintaan.
Dengan mempersembahkan lagu “When You Love Someone”, Endah N Rhesa meminta pendengar tidak ragu menyatakan cinta. Ketika mencintai seseorang, harus berani mengatakannya. Pesan lagu juga berisikan tentang jangan pernah melepaskan cinta yang telah berhasil digenggam atau kita akan kehilangan kesempatan untuk mewujudkan impian.
Terus terang, awalnya saya rada pesimis dengan penonton Jazz Goes to Kotatua yang hadir. Saya beranggapan mereka penonton yang pasif, mereka hadir secara kebetulan, pas mereka datang hanya untuk melihat-lihat kotatua bersama keluarga atau pasangannya. Ternyata, prediksi saya meleset jauh, penonton ternyata sangat antusias ketika Endah dan Rhesa seakan berdialog melalui aksi petikan gitar mereka. Apalagi, saat Rhesa tampak romantis memeluk istrinya dari belakang.
Dalam posisi tersebut, keduanya kompak memainkan satu alat musik tersebut bersama-sama. Kepiawan keduanya membuat banyak penonton “membeku” memperhatikan dengan saksama. Endah N Rhesa kemudian membawakan lagu “Liburan Indie”. Ketukan dari lagu ini kembali menciptakan suasana riang gembira sampai diakhiri dengan lompatan kaki oleh Endah. Setelahnya, mereka terus beradu teknik gitar masing-masing hingga tak terasa itu menjadi pengujung penampilan pemenang AMI Award 2018 tersebut.
Endah N Rhesa telah merilis lima album dan lima EP. “When You Love Someone” yang dibawakan memang jadi salah satu lagu mereka yang paling populer. Dan, saya pun pulang penuh senyum saking Indah dan luhurnya mereka meracik ritmik, melodi, lirik, hingga kata-kata sampai binasa. Kesulitan mencerna. Melukiskannya. Ya benar, semua yang mereka suguhkan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Terima kasih senja yang Indah bersama Endah N Rhesa, terima kasih Jazz Goes to Kotatua, panjang umur musik Indonesia.
Sekilas Jazz Goes to Kotatua
Festival musik Jazz Goes to Kotatua yang di inisiasi oleh Unit Pengelola Kawasan Kotatua, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, dimaksud untuk membangkitkan kembali daya tarik Kota Tua Jakarta. Acara yang dibuka secara resmi oleh Dedy Tarmizi, Kepala Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, dan Kepala Dinas DKI Jakarta, Andhika Permata ini, diharapkan lewat musik bisa mengembalikan daya tarik salah satu wisata ikonik di Jakarta.
Dengan deretan artis penampil sebagai bintang tamu di Jazz Goes to Kotatua, selain Endah N Rhesa, ada juga Calvin Jeremy, Mocca, Ten2Five, Danilla hingga Rieka Roslan, serta gratis pula, pihak penyelenggara memang berharap, kegiatan tersebut berdampak baik bagi perekonomian kawasan, para pelaku seni, dan pelamu industri pariwisata di Kota Tua, khususnya yang terdampak pandemik COVID-19.
Pariwisata musik (music tourism) bergerak bersama sejarah kota dan kehidupan manusia-manusia di dalamnya. Festival yang dilangsungkan adalah keterkaitan antara pergelaran musik dan jalur destinasi wisata atau atraksi budaya. Seperti halnya, Solo City Jazz, Prambanan Jazz, Batam Jazz, Jazz Gunung Bromo dsb, Jazz Goes to Kotatua bagian dari music tourism pula. Semoga saja, ini menjadi agenda tahunan, dan masuk kalender event musik nasional.
Hanya ada satu catatan penting yang perlu jadi perhatian pihak penyelenggara, dalam hal ini Unit Pengelola Kawasan Kotatua, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, tidak pelit promosi. Artinya, Jazz Goes to Kotatua sudah dipromosikan jauh sebelumnya, baik lewat pemberitaan media, termasuk media terbarukan (sosial media), atau ruang’ informasi publik, agar gaungnya terdengar dan terlihat. Membangun pasar musik baru, membentuk komunitas jazz Jakarta, hingga tidak mengandalkan pengunjung kotatua yang kebetulan datang.
(Foto Dok. Zaki)