Urbannews | Dalam estetika, yang luhur (dari bahasa Latin sublīmis) dicitrakan sebagai hasil dari citarasa kualitas keagungan, baik fisik, moral, intelektual, metafisik, spiritual, atau artistik. Istilah ini terutama mengacu pada kebesaran atau keluhuran yang melampaui segala kemungkinan perhitungan, pengukuran, atau peniruan. Oleh karena itu, acap manusia melukiskan keagungan, keluhuran, keindahan, bahkan kedigdayaan dengan diksi; sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Sederhananya, saking indah dan luhurnya sesuatu, kata-kata sampai binasa. Kesulitan mencerna. Melukiskannya. Ya benar, semua yang dipercaya berhasil dilukiskan dengan kata-kata, sangat dipercaya tereduksi keindahannya. Terkoreksi maknanya. Terkooptasi esensinya. Demikianlah dalam konser hari pertama gelaran Jazz Gunung Bromo pada Jumat (22/7/2022) malam, saat Blue Fire Project Bintang Indrianto feat. Achmad Albar dan Ian Antono plus musik etnik Banyuwangi memungkasi Jazz Gunung Bromo di amfiteater Jiwa Jawa Resort, Probolinggo, Jawa Timur.
Festival musik tahunan Jazz Gunung Bromo 2022 yang ke-14 diatas ketinggian yang merajut indahnya jazz serta merdunya Gunung Bromo, seperti sebuah orkestrasi musik jazz, alam raya yang melebur jadi satu irama tanpa kata-kata. Akhirnya, rindu yang tertahan selama dua tahun karena pagebluk pun terbayar tuntas, dan berhasil dirayakan dengan penuh suka cita serta disambut rianggembira oleh para penampil, penonton (Jemaah Al-Jazziah), tentunya penyelenggara.
Melihat raut bahagia ribuan penonton yang tadinya hadir duduk manis di amfiteater Jiwa Jawa, sontak berdiri dan bersorak saat Bintang Indrianto memanggil Ian Antono yang masuk dari pinggir panggung, serta makin bergemuruh saat rocker karismatik Achmad Albar melenggang dari arah depan lewat deretan penonton menuju arah panggung yang diawali iringan instrumental Geni Biru sebagai opening.
Udara yang menyelimuti area pertunjukan hingga 10° C tak menyurutkan Jemaah Al-Jazziah untuk setia tetap berada ditempat. Achmad Albar membuka penampilan lewat lagu Panggung Sandiwara untuk menghangatkan suasana. Disusul dengan lagu Kehidupan, dan Semut Hitam, yang membuat penonton koor bersama dengan diselingi goyangan seirama. Apalagi lagu Zakia yang untuk pertama kali dibawakan kembali Achmad Albar dan Ian Antono di panggung Jazz Gunung Bromo. Kemudian lagu Rumah Kita memungkasi penampilan mereka, sekaligus perhelatan hari pertama.
Menyaksikan penampilan Blue Fire Project Bintang Indrianto feat. Achmad Albar dan Ian Antono plus musik etnik Banyuwangi, rasa-rasanya seperti mendengarkan God Bless manggung, bukan karena setlistnya God Bless, tapi secara musikal entah saya salah dengar atau terlalu familiar lagunya walau aransemen agak berubah. Termasuk, musik etnik Banyuwangi tidak nge’blend atau kurang menonjol. Tapi sumpah deh, secara keseluruhan penampilannya pecah banget, hingga dapat respon penonton luar biasa. Jempol!.
Sekarang ini eranya kolaborasi, bukan kompetisi. Kalimat ini rasanya sangat tepat menggambarkan festival musik Jazz Gunung Bromo 2022, setidaknya ada kolaborasi yang bentuknya project, selain Blue Fire Project Bintang Indrianto feat. Achmad Albar dan Ian Antono plus musik etnik Banyuwangi, ada pula Ring of Fire Project feat. Jogja Hiphop Foundation, serta Gilang Ramadhan Komodo Project yang bermain di Hari Kedua, Sabtu (23/7/2022). Jika hari pertama penampil lain ada Irsa Destiwi & Nesia Ardi, Duo Weeger, SweetSwingNoff, dan Pusakata. Pada hari kedua ada Aditya Ong, Andre Dinuth, dan Andien.
Wow, marvelous weblog format! How lengthy have you ever been blogging for?
you make blogging glance easy. The whole glance of your website is magnificent, as neatly as the content!
You can see similar here dobry sklep
Wow, superb blog format! How lengthy have you been running a blog for?
you made blogging glance easy. The overall glance of your web site is excellent,
let alone the content material! You can see similar here e-commerce