Urbannews | Kehidupan memang harus tetap berjalan, aktivitas harus terus bergerak, tidak boleh mandek. Sebisa mungkin bangkit kembali menapaki laku hidup, lewat beragam cara. Seperti, seorang musisi populer era 90-an, Hengky Supit, ditengah-tengah serbuan pandemi covid-19, termasuk rasa kehilangan istri tercinta Nathalie, gadis berdarah Belanda yang wafat, ia pun terus membisikan rindunya bermusik lewat sederet karya, termasuk lagu bertajuk All I Wanna Do, yang di tulisnya bersama sang istri Nathalie, beberapa tahun sebelum wafat.
Di dunia musik, Hengky Supit berkibar melalui single hit solo ‘Bila Engkau Izinkan’ dan “Isi Hati” di tahun 1993. Kemudian meroket bersama Whizzkid, ditahun 1994 dengan single hit ‘Percayalah’, hingga lagu slow rock bertajuk ‘Isi Hatiku’ di tahun 1995. Ketika ia hijrah ke Negeri Kincir Angin, dan menetap di Amsterdam selama lebih dari 20 tahun hingga kini, ia masih terus bermusik walau tak terlalu terdengar di negerinya sendiri, Indonesia.
Hengky Supit tidak saja pandai bernyanyi dengan suara lengkingan mencapai 4 oktav ini, juga piawai memainkan alat musik gitar. Kecintaannya terhadap dunia musik, juga kebisaannya bermain gitar, ia tunjukan bersama bandnya The Tuning Band selama berada di Belanda. Dan, album Hengky seperti “Sepayung berdua” serta mini album “Nathalie”, semua track gitar dalam kedua album tersebut dimainkan oleh Hengky.
Ketertarikan Hengky menjadi seorang gitaris, menurutnya berawal dari kedatangan Hengky ke Belanda untuk pertama kali. Kala itu Didik Sucahyo (eks bassit Elpamas) mengajak Hengky mendirikan Band di Belanda, karena mereka baru berada di Belanda dan mencari gitaris pada saat itu agak sulit, Didik Sucahyo menyarankan agar Hengky sajalah yg memainkan gitar di band mereka yang baru tersebut, sejak saat itu Hengky menekuni dan lebih banyak belajar memaikan gitar.
Seiring berjalannya waktu Hengky semakin merasakan keasyikkan tersendiri dalam bermain gitar. Dalam kesibukkannya sehari hari selain bekerja di Amsterdam, Hengky yang mengurusi anak anaknya setelah ditinggal belahan jiwanya Nathalie. Hengky masih menyempatkan diri untuk tetap bermusik.
“Aktivitas musik saya di Belanda lebih kurang hanya sebagai hobi, di samping pekerjaan tetap, main di kafe dengan band saya The Tuning Band atau di acara acara Indonesia yang Ada di Belanda,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang dibagikan baru – baru ini.
Kreatifitas Hengky Supit tidak pernah kendor. Belum lama ini, dirinya sedang mengemas dan mempersiapkan album instrumental. Menurutnya, proses kreatifnya memakan waktu beberapa bulan. ”Sekitar 3 bulan, proses pembuatan mixing dan mastering. Saya juga melibatkan sepupu yang juga musisi yakni Dava atau Danny, yang juga ikut memixing dan memastering album ini,” jelasnya.
Alasan Hengky Supit, bahwa dirinya kembali membuat album karena yakin masih bisa berkarya dan menyalurkan kreativitas lewat media musik. ”Bagi saya musik merupakan terapi untuk tidak terlalu larut dengan rutinitas pekerjaaan dan kegiatan sehat hati,” ucapnya.
Perkembangan musik di era digital yang begitu pesat, bagi Hengky Supit yang berbeda zaman ini, menurutnya justru lebih memudahkan para musisi untuk bisa membuat karya dibandingkan jaman dulu.
Melihat kondisi tersebut Henky yakin prospect dunia musik di Indonesia saat ini lebih maju dan bisa mengglobal dengan skala yang lebih besar.
”Walaupun berada di Belanda saya masih memantau perkembangan musik di Indonesia walaupun tidak seintens waktu saya masih tinggal di Indonesia,” pungkasnya.