Urbannews | Acara lawak “Lapor Pak” yang rutin tayang di Trans7, setting lokasinya di suatu kantor polisi. Lawakannya tidak hanya dimaksudkan memparodikan kejadian di kantor polisi, tapi juga melakukan kanibalisme terhadap karya sesama pekerja seni. Misalnya dengan seutuhnya mengganti syair lagu “Harta Berharga”, theme-song sinetron dan film “Keluarga Cemara”.
Syair aslinya tertulis: “Harta yang paling berharga adalah keluarga//Istana yang paling indah adalah keluarga//Puisi yang paling bermakna adalah keluarga//Mutiara tiada tara adalah keluarga//Selamat pagi Emak Selamat pagi Abah//Mentari hari ini berseri indah/Terima kasih Emak Terima kasih Abah//Restu sakti perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti.
Oleh pelawak “Lapor Pak”, syairnya dikanibal: “Harta yang paling berharga adalah kelurahan//Mutiara tiada tara adalah kelurahan//Selamat pagi lurah//Selamat pagi RW//Selamat pagi RT dan bendahara//Kalau bikin KTP atau Kartu Keluarga silahkan datang aja ke Kelurahan.“
Lagu Harta Berharga diciptakan alm. Arswendo Atmowiloto dan Harry Tjahjono, penulis komedi antara lain serial Si Doel Anak Sekolahan. Dikelola publisher Aquarius Pustaka Musik.
Kanibalisme atas karya sesama pekerja seni tersebut tidak hanya tayang di Trans7, tapi juga dikemas dalam Tik Tok yang tersebar luas di grup-grup WhatsApp dan medsos.
“Saya tahu tentang hal tersebut karena banyak menerima kiriman Tik Tok lagu itu dari sejumlah teman. Sebagian besar menanyakan apakah perubahan syair itu seijin saya, atau marah. Saya bilang bahwa saya tidak pernah dihubungi dan apalagi dimintai ijin,” kata Harry Tjahjono (HT).
Menurut HT, memplesetkan lagu sudah jamak dan sering dilakukan banyak orang. “Seperti halnya pencurian, pembunuhan dan korupsi juga jamak dan sering dilakukan banyak orang. Tapi, apa yang jamak dan sering dilakukan banyak orang apakah berarti boleh dan dibenarkan untuk dilakukan? Apa lagi jika itu dilakukan untuk tujuan komersial,” kata HT.
Oleh karena Tik Tok lagu itu sudah beredar luas, HT mengunggah pertanyaannya di instagram @hartjah. “Saya tag akun instagram Trans7 dan Andre Taulany, host Lapor Pak. Tapi tidak ada respon. Saya merasa perlu menanyakan hal itu secara terbuka, terutama untuk menyatakan kepada publisher Harta Berharga bahwa saya tidak tahu menahu tentang kanibalisme atas lagu itu. Sebab, saya terikat kontrak dengan publisher lagu itu. Ada sanksi perdata dan pidana jika saya dianggap mengingkari kontrak,” jelas HT.
Menurut HT, “Saya paham bahwa kanibalisme atas lagu Harta Berharga itu dimaksudkan untuk melucu. Sayangnya, sebagai penghayat humor, saya merasa tidak sukses menemukan kelucuannya. Tragisnya, di Trans7 itu saya tahu ada Mas Ishadi SK. Sebagai jurnalis, saya kenal beliau yang juga sahabat Mas Arswendo. Selain itu, tahun 2004 saya pernah menulis skenario dan menyutradarai FTV Sam Pek Engtay untuk TV7 yang kini jadi Trans7. Produsernya Mas Arswendo, pemerannya antara lain Andre Taulany, host Lapor Pak. FTV Sam Pek Engtay itu memparodikan legenda yang penciptanya anonim, dan saya lakukan sesuai tata krama berkesenian. Sedangkan kanibalisme Harta Berharga dilakukan atas karya sesama pekerja seni yang salah satunya masih hidup dan pernah bekerjasama.”
Lagu Harta Berharga, tahun 2019 mendapatkan Piala Maya dan Piala Citra sebagai theme-song terbaik film Keluarga Cemara. Lagu itu juga menjadi lagu yang dipelajari di sejumlah besar Sekolah Dasar dan kelompok Ibu PKK di penjuru daerah. Suatu referensi yang mudah dicari di internet sebelum pelawak melakukan kanibalisme atas karya sesama pekerja seni, agar tidak menabrak tata krama berkesenian dan melanggar hukum.