Urbannews | Dibalik eforia dunia perkopian, ada sepotong fragmen kisah ketika secangkir kopi menjadi moment pergolakan perasaan yang membekas begitu dalam. Bukan soal jenis kopi atau dimana tempat ngopi nya, namun ada kisah apa dibalik secangkir kopi tersebut?
“Mengingatmu adalah sebilah pedang menghunus tanpa niscaya”, penggalan kalimat dalam bait puisi karya Heru Achwan diaktualisasikan kedalam lagu oleh Heri Machan dan dinyanyikan dengan apik oleh Amy lee. Cinta Secangkir Kopi merupakan single ke dua yang dirilis di platform digital setelah lagu berjudul Menepi yang telah digulirkan awal bulan Juni 2021 lalu.
Intro lagu dibangun dengan nuansa petikan gitar akustik dalam idiom blues minor yang cukup menyayat dilatari dengan sound gesek dalam nada tinggi melalui effect Ebow pada gitar elektrik yang diprakarsai oleh Adi Pamungkas selaku Music Director pada project ini. Membangkitkan rasa mencekam bercampur pedih mengingatkan kita pada lagu-lagu jadul di masa antah berantah dulu.
Syair dinyanyikan dengan mengoptimalkan cengkok blues dari si penyanyi disertai beberapa imbuhan gaya explorasi lagu-lagu jenis sophisticated pop sehingga memberi warna tersendiri yang cukup unik. Nuansa minor yang galau mendominasi bait-bait song namun direduksi pada bagian refrain dengan mengandalkan ketegasan kord mayor agar bagian syair yang tragis dan dramatis bisa dilewati dengan nyaman dalam satu getaran emosi.
Lengkingan lead gitar diakhir song bait kedua menandai lonjakan emosi yang dialami penyair untuk segera menuntaskan kisah ini walau akan meninggalkan jejak yang dalam dan sulit untuk dilupakan. Aksen melodi gitar blues dimunculkan dalam ornamen dialektik pada ending lagu mengantarkan cerita melewati garis waktu menuju ketidakpastian sebuah perjalanan hidup seorang manusia. Fade out dan semakin menghilang bersembunyi dibalik takdir dan nasib setiap insan dalam fitrahnya masing-masing.
Tulisan ini diakhiri dengan ungkapan dari salah seorang sahabat kanjeng nabi Muhammad SAW, Ali Bin Abi Thalib, sang khalifah yang berkata demikian ; “Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia”
Tabik, salam budaya (HM)