Urbannews | Suka atau tidak suka, kenyataannya lagu-lagu anak yang berkembang belakangan ini telah didominasi oleh lagu yang cenderung kurang mendidik dan tidak sesuai dengan usia tumbuh kembang anak itu sendiri.
Kita pun sudah amat jarang, bahkan tidak pernah lagi bisa memperkenalkan lagu anak-anak yang dekat dalam hidup mereka. Sungguh miris, kini anak-anak lebih suka dengan lagu-lagu dewasa yang masih sangat rumit dicerna oleh mereka sendiri.
Musik atau lagu anak seharusnya bermuatan sesuai dengan kebutuhan dunia anak, baik ritmik, melodi dan isi (lirik). Keriangan menjadi unsur penting dalam lagu anak yang dapat memicu terbentuknya suasana dan perasaan positif bagi perkembangan anak.
Tepat di bulan Ramadhan, muncul artis penyanyi cilik, Avish, yang masih berusia 8 tahun, siap mengisi kekosongan lagu anak dengan merilis single berjudul “Demi Cita-Citaku”, pada 2 Mei 2021 yang merupakan hari Pendidikan Nasional.
Kehadiran siswa kelas 2 SD Regina Caeli Cileungsi ini, “ditemukan” oleh salah seorang mantan kru Iwan Fals dan Totok Tewel yang bernama Ndoo Atria alias Ari Wahyudi, sebagai pencipta lagu “Demi Cita-Citaku”. Menurut Ari, ia melihat bakat Avish lain daripada yang lain.
“Jaman sekarang anak kecil nyanyinya lagu orang dewasa, bagaimana kita mau mendidik anak anak kita. Makanya, saya secara spontan memberikan sebuah lagu, karena melihat pasar lagu anak anak sudah hampir tidak ada,” terang Ari, Selasa (4/5) sore di Jakarta.
Lagu yang di aransemen oleh Ari sendiri dibantu oleh Robby Rahman dari Power Slave ini, bercerita tentang semangat belajar para siswa pada masa pandemi untuk mengejar cita cita dan berharap semuanya kembali normal seperti sedia kala.
Single Avish produksi Somen Record, dan digital distribution Musicblast.id, juga video klipnya dibuat Ari dibantu oleh Emos dan Adi, serta bisa dilihat di kanal youtube Ndoo Atria. “Lagu ini diharapkan bisa diterima sekaligus menginspirasi anak-anak untuk terus belajar,” jelas Dikky, dari Somen Record.
Pengamat musik, Bens Leo, menuturkan, bahwa musik dan lagu anak diranah musik Industri sudah berjalan cukup ramai. “Sayangnya, porsi pemberitaan yang mengangkat kepermukaan sangat minim. Untuk itu, kehadiran Avish dan lagunya bisa gencar juga bisa booming,” pungkas Bens.
Sementara, Kak Seto, tokoh pemerhati anak, yang hadir bersama Bens Leo di acara jumpers, bertutur, muatan lirikasi lagu anak-anak sebaiknya tidak melulu mengarahkan pada soal cita-cita harus menjadi apa mereka kelak.
“Biarkan anak-anak memilih mau jadi apa, sesuai minat dan bakatnya. Bagi orangtua, termasuk para penulis lagu, cita-citanya ingin jadi dokter, insinyur ataupun presiden, syah-syah saja. Tapi, cita-cita anak ingin menjadi pelukis, musisi dan penyanyi juga ada baiknya serta mulia,” tegas Kak Seto.
Pesan Kak Seto cukup menarik, sekaligus jadi otokritik bagi orangtua, apabila ditarik keatas pada tulisan diawal. Memperkenalkan lagu anak-anak, sebaiknya yang dekat dengan tumbuh kembang anak juga dalam hidup mereka. Tidak ada yang salah mereka mau jadi apapun. Tapi, sebaiknya kenali passion-nya, amati yang disukai, dan kemudian arahkan mereka.