Urbannews | Tak ada yang benar-benar siap bagi seseorang kehilangan belahan jiwa yang selama ini menemaninya dalam suka dan duka. Walau, kesendirian mungkin bisa memberimu kekuatan untuk menjalani hidup selanjutnya. Tapi untuk menjadi seseorang yang kuat, kamu pun tidak bisa sendirian.
Kehidupan memang harus tetap berjalan, aktivitas harus terus bergerak, tidak boleh mandek. Sebisa mungkin bangkit kembali menapaki laku hidup, lewat beragam cara. Seperti, seorang musisi populer era 90-an, Hengky Supit, ditengah rasa kehilangan istri tercinta Nathalie, gadis berdarah Belanda yang wafat, ia pun membisikan rindunya lewat lagu.
Ditengah ditengah-tengah serbuan pandemi covid-19, Hengky Supit masih mampu mencurahkan isi hatinya yang paling dramatik karena kehilangan belahan jiwanya, dengan menguras energi menukil dan menarasikan bait-bait lirik lagu bertajuk All I Wanna Do, yang di tulisnya bersama sang istri Nathalie, beberapa tahun sebelum ia wafat.
Tidak satu lagu All I Wanna Do saja, ada 4 lagu lainnya yakni; Nathalie, Nathalie 2, Menaksir dan Mengukur Jarak, serta Bersama Kita, yang dikemas dalam sebuah mini album yang diberi judul nama istri terkasih Nathalie. “Semua ini saya dedikasikan untuk almarhumah Nathalie, istri saya, sebagai memorabilia yang akan dikenang selamanya,” ujar Hengky Supit, Senin (25/1/2021) melalui zoom meeting yang dipandu jurnalis musik, Buddy Ace.
All I Wanna Do, yang menjadi single perdana dan diandalkan oleh Hengky Supit bersama publisher, CD Baby Amerika untuk menjadi ‘International Hit Single’. Begitu juga, video klip nya pun baru diluncurkan pada Hari Minggu, 24 Januari 2021 melalui YouTube Channel; Hengky Supit Reborn Official. Menurut Hengky Supit, dirinya membuat dengan konsep yang simple, asik buat akustikan, mengingat suara saya sudah tidak seperti dulu.
Hengky Supit, pemilik suara melengking mencapai 4 oktav ini, semakin berkibar melalui single hit solo ‘Bila Engkau Izinkan’ di tahun 1993. Kemudian ia meroket bersama Whizzkid, ditahun 1994 dengan single hit ‘Percayalah’, hingga lagi slow rock bertajuk ‘Isi Hatiku’ di tahun 1995. Kemudian, ia hijrah ke Negeri Kincir Angin, dan menetap di Amsterdam selama lebih dari 20 tahun, hingga kini.
“Saya telah mencoba berhenti bernyanyi, dan berkarir sebagai orang kantoran di Amsterdam. Namun, 3 bulan setelah mendiang istri saya wafat, adrenalin saya kembali bergejolak, hingga tercetus ide membuat mini album dengan konsep musik yang simple, bernuansa pop dan sedikit sentuhan musik era 90-an,” papar Hengky.
Menelisik deretan lagu yang ditulis Hengky Supit, ini cara membuncahkan kerinduan dirinya. Hengky Supit, seorang storyteller yang baik dan punya banyak cerita indah pengalaman hidup bersama istri tercintanya. Lagunya saling berkait satu sama lainnya dalam plot cerita berseri. Walau masing-masing lagu punya kisah tersendiri, tapi benang merahnya mengerucut menjadi sebuah cerita yang utuh.
Jika kita simak secara seksama, mungkin seperti membaca sebuah novel kisah romansa Hengky Supit dan Nathalie, melalui nada dan lirik. Jika saja, mini album dengan deretan lagu bersama kisahnya berada di ruang baca lewat narasi cerita pendek, akan semakin menguatkan kelahiran mini album Nathalie. Bisa manjadi sebuah literasi, karena ada kisah dibalik lagu yang harus diceritakan. Hingga rekan kita yang Tuli pun ikut merasakan dan menikmatinya.