Urbannews | Memaknai perayaan 16 tahun perjalanan bermusiknya di tanah air, yang jatuh pada tanggal 27 September 2020, isok lusa, KOTAK mempersembahkan sebuah kado istimewa buat pencinta musik juga penggemarnya ditengah pandemi, album terbaru bertajuk “Identitas”.
Album berisikan 10 lagu yang digarap secara do it yourself ini, nampaknya para personel KOTAK, baik Mario ‘Cella’ Marcella (gitar), Swasti ‘Chua’ Sabdastantri (bass) dan Tantri Syalindri Ichlasari (vokal), ingin menunjukan saat ini mereka jauh lebih dewasa, matang, merdeka, dan mandiri.
Identitas yang sesungguhnya dari mereka, sesuai judul albumnya juga artwork sampul menggunakan cap sidik jari. Tergambar dari proses kreatif dan produksinya, betul-betul dikerjakan sendiri tanpa ada intervensi dari siapa pun. Seperti di akui Tantri, proses penggarapan album ini lebih bebas, dan masing-masing personel lebih eksploratif daya juangnya.
Album keenam Band Kotak di katalog Warner Music Indonesia ini, tertunda perilisannya hampir 2 tahun, dari rampungnya November 2018. Proses produksinya lebih banyak di Yogyakarta, tempat Cella bermukim. Namun, terkendala saat Tantri sebagai vokalis memilih untuk vakum dari KOTAK dikarenakan fokus pada kehamilan keduanya di tahun 2019, selain Pandemi menyusul berikutnya.
“Alhamdulillah, album yang kita garap dua tahun lalu, akhirnya dirilis juga bertepatan dengan hari ulang tahun KOTAK nanti.
Memang niat awalnya album ini rilis pas Tantri masuk kembali abis lahiran, eh ada pandemi tapi kita enggak mau menunda lama ya sudah kita rilis sekarang bertepatan dengan hari ulang tahun nanti,” ujar Cella, Jumat (25/9) lewat virtual zoom.
Baik Tantri maupun Chua merasa bersyukur album terbaru mereka akhirnya bisa dirilis, setelah melalui perjalanan panjang. Mereka menjelaskan setelah belasa tahun berkarir, Kotak memilih untuk mengangkat identitas mereka. “Dengan banyak pengalaman yang diperolehnya, ingin membuktikan berkarya sesuai dengan identitas kita,” beber Chua.
Sepuluh lagu di album Identitas, antara lain “Di Atas Cinta”, “Manusia Manusiawi”, “Growing Up”, “Harga Mati”, “Bukan Lawan”, “Dejavu”, “Inspirasi Sahabat Vol 2”, “Mantanku”, “Hoax”, dan “Teman Palsu”. Deretan lagu inipun dari sisi aransemen, Cella memasukkan elektronik dan synthesizer, tanpa menghilangkan benang merah Kotak. Sedangkan, lirik digarap Tantri dan Chua, serta notasi mereka rampungkan bersama.
Brainstorming di awal mereka lakukan lewat virtual yang dilakukan dari rumah masing-masing, Cella di Yogyakarta, Tantri dan Chua di Jakarta. Setelah dirasakan cukup, mereka pun bertemu untuk pematangan materinya lewat workshop, dan setelah dirasa cukup kemudian dilanjutkan proses rekamannya yang semuanya dilakukan di Yogyakarta.
Menyimak album band yang terbentuk di tahun 2004 ini, baik musik juga lirikasinya, merefleksikan kedewasaan mereka setelah menempuh sebuah perjalanan spiritualitas, karena dalam setiap komposisi yang dibuat terkandung gagasan, pemikiran, perenungan, emosi, keprihatinan, dan gejolak jiwa. Mereka jauh lebih merdeka bicara tentang siapa, dan sedang bercerita tentang apa.
Musik adalah sebuah seni bercerita. Melalui musik, kebenaran bisa disampaikan secara apa adanya yang bisa merasuk ke dalam hati dan pikiran. Proses penggarapan album yang tidak melibatkan campur tangan kreatif pihak ketiga seperti produser dan pencipta lagu lain. Mereka ingin menunjukan jati diri juga sidik jari sesungguhnya sebagai identitas, untuk mengajak yang mendengarkan dapat menyelami cerita juga makna dibalik setiap nada dan kata. (Foto Istimewa)
Wow, amazing weblog layout! How lengthy have you been blogging for?
you make blogging look easy. The full look of your web site is
fantastic, as neatly as the content material!
You can see similar here sklep internetowy