Urbannews | Bentuk idealisme juga ekspresinya dalam bermusik begitu kuat, gitaris Cokelat, Edwin Marshal Syarif melihat kehidupan keseharian yang realistis dan apa adanya, tanpa embel-embel tuturan puitis yang terkadang terjebak ke pengingkaran kenyataan, menjadi tema sentral di single solo terbarunya.
Terinspirasi perannya sebagai kepala keluarga, Edwin merakum apa yang ada dibenaknya kedalam singgel ke-2
bertajuk “Demi Nafasmu”. Sementara sebelumnya, musisi kelahiran Plaju, Sumatra Selatan ini, empat tahun lalu melempar debut berjudul “Sore” yang menggambarkan kedamaian suasana sore hari di alam luas Indonesia.
Menariknya, jika disinggel “Sore”, Edwin menarasikan ceritanya lewat dawai gitar. Untuk pertama kalinya di “Demi Nafasmu”, ia memberi kejutan dengan menarasikannya lewat olah vokalnya sendiri. “Ini pertama kalinya saya menampilkan diri bernyanyi dalam sebuah karya rekaman,” tukas Edwin.
Di singgel ini, Edwin dibantu oleh Axel Andaviar pada drum, juga merupakan personel Cokelat. Tema lagu “Demi Nafasmu”, Edwin menuangkan isi hati tentang bagaimana ia menghargai, menjalani dan menjaga kehidupan dengan sebaik-baiknya. Memberikan semua hal terbaik kepada orang-orang yang sangat berharga dalam hidupnya.
“Liriknya terinspirasi dari peran saya sebagai ayah dari dua anak. Selalu melindungi mereka sebaik-baiknya, selamanya. Anak-anakku, pasangan hidupku, dan keluargaku tercinta. ‘Demi Nafasmu’ juga dirilis persis di momen hari ulang tahun ketujuh anak saya, Askhi.” tutur Edwin.
Menurutnya lagi, lagu “Demi Nafasmu” sebenarnya merupakan lagu lama yang ditulisnya sejak 10 tahun lalu. Namun pada Agustus 2019 lalu, ia menghembuskan nafas baru ke lagu tersebut. “Penggarapannya berjalan kurang lebih setahun, terhitung sejak proses perekaman musik, kemudian mixing dan mastering direkam di Sine Studio, sampai ke penggarapan video musiknya,” tambahnya.
Karakteristik musik band-band luar seperti Incubus dan Smashing Pumpkins, ungkap Edwin, adalah sebagian inspirasi yang terserap ke godokan aransemen “Demi Nafasmu”. Mengandalkan beat statis dengan dinamika nuansa yang turun naik, dengan hembusan emosi yang sangat terjaga. “Menggarap lagu ini tidak mengandalkan sound distorsi yang ‘keras’, seperti saya menggarap (lagu-lagu) Cokelat,” cetus Edwin.
Lewat “Demi Nafasmu”, Edwin berharap semoga bisa memberikan inspirasi untuk menjauhkan diri dari segala bentuk kebencian, agar mampu senantiasa memberikan kebaikan dalam kehidupan, terutama kepada orang-orang yang dicintai.
“Demi Nafasmu” kini sudah bisa didengarkan mulai 18 September 2020 di berbagai platform penyedia jasa dengar musik secara digital (streaming) seperti Spotify, Amazon Music, Apple iTunes, Google Music, IHeartRadio, Pandora, Tidal, KKBox, Napster hingga TikTok dan YouTube Music.