Lakon Sabdo Pandito Rakjat; Mengenang Mestro Dalang Ki Nartosabdo

Art & Culture488 Dilihat

Urbannews | Bakti Budaya Djarum Foundation kembali mengajak penikmat seni untuk menyaksikan secara streaming rekaman pementasan melalui program #NontonTeaterDiRumahAja yang menyuguhkan lakon berjudul Sabdo Pandito Rakjat produksi Indonesia Kita. Pentas yang dibuat untuk mengenang Ki Nartosabdo, maestro pedalangan wayang kulit dan karawitan ini akan ditayangkan pada 8 dan 9 Agustus 2020 di website www.indonesiakaya.com serta channel Youtube IndonesiaKaya.

Lakon Sabdo Pandito Rakjat yang ditayangkan akhir pekan ini merupakan rekaman pementasan yang telah diselenggarakan pada 2 dan 3 Desember 2016 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Trio kreatif dari Indonesia Kita, yaitu Butet Kertaradjasa, almarhum Djaduk Ferianto dan Agus Noor ini memadukan berbagai unsur kesenian dan dibalut dengan teknologi untuk menyuarakan makna-makna yang tersirat dari cerita pementasannya.

Disutradarai Sujiwo Tejo, Lakon Sabdo Pandito Rakjat ini berkisah tentang seorang dalang yang mencoba bersikap teguh dan kritis terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya. Ia ingin melakukan pembaharuan, sekaligus tak mau tergoda selera orang banyak. Lakon Sabdo Pandito Rakjat terinspirasi karya-karya Ki Nartosabdo, serta riwayat hidupnya yang mengingatkan betapa pentingnya untuk mendengar ‘suara jernih’ dan menjunjung tinggi moralitas.

Komposisi karawitan yang dihasilkan Ki Nartosabdo juga membuktikan betapa ia adalah komponis yang brilian, seperti bisa kita buktikan melalui lagu-lagu seperti Gambang Suling, Perahu layar, dara Muluk atau Ibu Pertiwi, dan masih banyak lagi lainnya. Presiden pertama RI, Soekarno, sangat mengagumi karya-karya Ki Nartosabdo yang dianggap inovatif, bahkan genius melampaui zamannya. Dalang wayang kulit Ki Manteb Sudharsono juga mengakui pencapaian estetis Ki Nartosabdo dalam dunia wayang, dan menyanjungnya sebagai “dalang wayang kulit terbaik yang pernah ada di Indonesia”.

“Tafsir-tafsir karya Ki Nartosabdo mengingatkan kita pada pentingnya menggali kedalaman makna seperti yang diperlihatkan dalam banyak lakon wayang. Lakon ini menjadi gambaran bagaimana seorang dalang menjaga akal sehat di tengah kegaduhan sosial politik. Sementara itu, bagaikan kisah Arjuna dan Karna, ia juga harus menghadapi pertentangan dua orang anaknya. Dalam bayang-bayang lakon Arjuna dan Karna itulah, pergulatan batin sang dalang terombang-ambing. Haruskah ia memihak dalam pertentangan itu?” ujar Agus Noor, penulis naskah dalam pementasan ini.

Sabdo Pandito Rakjat akan dipentaskan dalam konsep cerita yang menjadi ciri khas Indonesia Kita dan diperkuat oleh lagu-lagu karya Ki Nartosabdo yang diaransemen ulang oleh Bintang Indrianto menjadi bernuansa jazz. Pementasan ini dimeriahkan dengan penampilan Sujiwo Tejo, Cak Lontong, Akbar, Didik Nini Thowok, Happy Salma, Marwoto, Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben), Butet Kartaredjasa, Sruti Respati, Bonita, Inayah Wahid, Gita Sinaga, Joe Kriwil.

“Jejak para maestro tanah air dan karya-karya mereka yang melegenda menjadikan Indonesia semakin kaya akan beragam seni budaya. Pementasan Indonesia Kita yang mengangkat kisah Ki Nartosabdo yang karya-karyanya memberi jalan bagi generasi selanjutnya mengembangkan karawitan Jawa menjadi lebih diterima zaman sebagaimana kemudian muncul genre musik karawitan campursari. Pementasan yang juga sebagai wujud apresiasi pada sang maestro pedalangan wayang kulit dan karawitan Jawa ini dikemas dengan khas Indonesia Kita sehingga dapat dinikmati dan diterima generasi muda saat ini,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

64 komentar