Urbannews Musik | Setelah 7 tahun tertidur pulas, Jakarta International Jazz Festival atau yang lebih dikenal dengan sebutan JakJazz, menggeliat kembali dengan konsep masa depan dan kekinian yang akan dihelat tahun 2020. Nantinya, spirit tentang anak muda Indonesia menjadi konsen, dimana teknologi menjadi bagian dari perkembangan zaman termasuk di dunia industri musik.
Menurut Chairman JakJazz Tommy Maulana, bahwa teknologi yang akan dimasukkan tidak hanya ke dalam musiknya, tapi juga pada audiovisual, aransemen serta penampilan pentas, sehingga akan menjadi satu kesatuan yang berbeda dari festival-festival musik jaz lainya. “Saya menyebutnya adjust technology experience,” ujar Tommy, saat dijumpai di Jakarta, Jumat (6/12/2019).
Guna membangun spirit jazz merasuk dikalangan anak muda, khususnya mengembalikan marwah musik jazz, menggelar kickoff menuju konser JakJazz Festival 2020 dengan tajuk “JakJazz’in Aja” A Jazz Technotronic Experience, pada hari ini, Jumat 6 Desember 2019, di Livespace @ Lot 8 SCBD Jakarta. Acara showcase yang merupakan bagian dari selebrasi ini, mengusung hashtag #JakjazzinAja.
Acara yang didukung Signature Time Out, berbagai segmen kolaborasi akan disuguhkan. Misalkan, kolaborasi Jazz dan Opera oleh ldang Rasjidi bersama Sastrani. Barry Likumahuwa dengan Cantika Abigail dan Margie Segers membawakan konsep Jazz, R&B dan funk-soul. Sementara Andien akan tampil bersama NSBETM memadukan electronic jazz dengan pop. Selain itu, Demas Narawangsa, Greybox Music, Eva Celia bersama Indra Lesmana dengan experimental jazz dan electronic music.
Konsep yang diangkat pada kickoff konser ini adalah Jazz Technotronic, perpaduan musik dan teknologi yang merupakan bagian dari sebuah New Hybrid Jazz Music. Tommy Maulana, merupakan putra dari founder JakJazz Alm. Ireng Maulana berujar,”Spirit dan nilai JakJazz masih tetap sama, namun bagaimana kita mengemas dan mengembangkan semangat dan nilai itu dengan konteks generasi sekarang”.
Munculnya kembali JakJazz Festival tahun depan, menjadi sangat penting tidak saja untuk mengisi kalender event paling ditunggu para musisi dan penyuka musik jazz di Tanah Air. Tapi, JakJazz yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 1988 ini, bisa menjadi rumah sekaligus musical development school bagi musisi jazz muda. Hal ini, sejalan dengan musisi jazz kawakan Idang Rasjidi, bahwa saatnya musisi muda muncul dan mendapat tempat.
“Regenerasi musisi di skena musik jazz, harus sudah mulai dipersiapkan. Caranya simple, mereka harus diberi panggung lebih banyak. Diberi pula kesempatan berkolaborasi dengan tetuanya untuk mengasah skillnya, termasuk mengeksplorasi musik jazz sesuai kreatifitasnya, agar semakin kaya. Dan, paling penting lagi bagi penggiat musik jazz dan musisinya, beramah-tamah ke polosok negeri memberikan edukasi, memotret peta musik jazz, serta mencari talent-talent muda berbakat,” jelas Idang.|Edo