Urbannews | Sebuah lagu tak lekang oleh waktu, dan ketika ia bernyanyi kembali dengan suara baru—ia bukan sekadar hidup, tapi menjelma jadi legenda baru.
Lagu “Ga Romantis” mungkin bukan nama baru dalam jagat musik Indonesia. Tapi siapa sangka, dalam balutan aransemen segar dan vokal baru, lagu ini kembali menemukan nafasnya. Kali ini, bersama Ario Setiawan, vokalis anyar LYLA, “Ga Romantis” menjelma jadi anthem baru generasi muda.
Dirilis ulang dengan pendekatan yang lebih matang dan matang secara musikal, “Ga Romantis” versi 2025 sukses mencuri perhatian netizen. Lagu ini viral di berbagai media sosial, menjadi latar ribuan konten, dari TikTok hingga Reels. Namun, kejutan terbesar datang dari panggung-panggung remaja: pensi.
Tak disangka, lagu yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2014 itu kini mengantar LYLA ke berbagai panggung pentas seni dari SMA hingga kampus di seluruh Indonesia. Dari Jakarta sampai Makassar, dari aula sekolah hingga lapangan kampus—nama LYLA kembali diteriakkan dengan antusiasme yang tak kalah dari awal kemunculannya dulu.
“Sejak versi baru Ga Romantis dirilis, tawaran manggung di pensi datang terus. Kami sampai bingung, tapi senang juga. Alhamdulillah,” ungkap Dharma, kibordis LYLA.
Formasi LYLA saat ini terdiri dari Ario (vokal), Fare (gitar), Dennis (bas), Dharma (kibor), dan Difin (drum). Mereka menyebut fenomena ini sebagai “berkah musik yang berulang waktu”, sesuatu yang tak mereka rancang, namun terjadi dengan sendirinya—murni dari respon pendengar.
Generasi muda yang belum mengenal LYLA era awal kini menjadi barisan penggemar baru. Mereka mendengar Ga Romantis bukan dengan nostalgia, tapi dengan rasa baru—rasa yang tumbuh dari denting banjo dan karakter vokal Ario yang segar namun emosional.
Ya, banjo. Instrumen unik ini menjadi sentuhan tak terduga yang justru menyempurnakan versi terbaru Ga Romantis. Dan orang di baliknya adalah musisi muda berbakat asal Bandung, Nissan Fortz.
“Waktu kami denger versi ini lengkap dengan banjo dari Nissan, rasanya klik. Versi ini akhirnya menemukan ‘bagian yang hilang’,” ujar Dharma.
Meski membawa warna baru, LYLA tak gegabah mengubah aransemen aslinya secara drastis. Mereka menjaga esensi, menyentuh detail, dan menyempurnakan dari sisi sound. Bagi LYLA, lagu ini sudah kuat dari sononya—tinggal dipoles, bukan dirombak.
“Kami sempat coba-coba ganti aransemen, tapi kok rasanya justru kehilangan jiwanya. Jadi akhirnya kami jaga bentuk dasarnya, cukup ubah sound dan sentuhan instrumen,” tambah Fare, gitaris LYLA.
“Ga Romantis” kini bukan hanya lagu cinta. Ia jadi simbol regenerasi—bagi LYLA, dan bagi para pendengarnya. Lagu ini masuk dalam album terbaru LYLA bertajuk “Jamuan Musim Semi”, album keenam mereka yang berisi 12 lagu, siap memanjakan telinga pencinta musik Indonesia.
Kini, LYLA tak sekadar comeback. Mereka hidup kembali, tumbuh bersama generasi baru, menyanyikan lagu lama dengan jiwa yang tak pernah tua.
“Ga Romantis” tersedia di seluruh platform musik digital. Video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube GMI Records.