Urbannews | Sebuah fenomena menarik terjadi di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, di mana satu butir telur dalam kemasan produk menghilang secara misterius, digantikan oleh pesan “The Missing Egg”. Ternyata, ini adalah bagian dari kampanye sosial yang digagas oleh Edu Farmers International, bekerja sama dengan The Foodhall Grand Indonesia dan Ayyomi Farm. Kampanye ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein anak-anak yang berisiko stunting dan kurang gizi, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Stunting merupakan kondisi di mana seorang anak tidak tumbuh seoptimal anak seusianya akibat kekurangan gizi, terutama protein, dalam jangka waktu yang lama. Masalah ini masih menjadi tantangan serius di Indonesia, terutama di daerah sekunder, di mana 1 dari 5 anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting. Untuk mengatasi masalah ini, percepatan penurunan angka stunting pada balita telah menjadi salah satu program prioritas pemerintah, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. Namun, berdasarkan laporan Sekretariat Wakil Presiden RI 2024, target penurunan stunting belum tercapai.
Gerakan “The Missing Egg” oleh ZeroStunting adalah inisiatif penggalangan dana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama kaum urban dan generasi muda, tentang seriusnya masalah stunting. Kampanye ini mendorong kolaborasi dengan berbagai merek telur untuk berkontribusi dalam mencegah stunting melalui edisi khusus produk mereka. Hilangnya satu butir telur dalam kemasan menjadi simbol donasi dan kepedulian sosial.
Program ini dirancang sebagai inisiatif jangka panjang yang akan menjadi wadah kolaborasi dengan berbagai pihak di masa depan. Dari sisi konsumen, konsep ini mengusung model amal yang unik, di mana hilangnya satu telur pada kemasan produk dijelaskan sebagai bentuk kontribusi sosial. Keunikan konsep ini terletak pada keterlibatan konsumen dalam kegiatan amal melalui pembelian produk, menjadikannya pengalaman yang bermakna.
Fokus pengumpulan satu telur dari setiap penjualan kemasan “The Missing Egg” akan disalurkan melalui intervensi spesifik yang disebut “One Day One Egg”. Penerima manfaat yang terdaftar sebagai stunting dan berisiko stunting akan mendapatkan satu butir telur setiap hari selama setidaknya enam bulan. Selain itu, program ini juga melibatkan kader Posyandu sebagai ujung tombak intervensi berbasis komunitas, disertai dengan edukasi praktis bagi orang tua tentang asupan gizi yang sesuai untuk balita.
Dr. Lukmanul Hafiz, Kepala Program & Operasional Stunting di Edu Farmers, menyatakan, “ZeroStunting bukan hanya program intervensi gizi dengan slogan yang umum, tetapi juga platform untuk memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh anak di Indonesia agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, terlepas dari kondisi ekonomi dan sosial keluarganya. Sejak kami menggagas program ini pada 2022, banyak pihak swasta, organisasi nirlaba, akademisi, dan pemerintah daerah yang telah mendukung keberhasilan program ini. Kami terus berinovasi, mulai dari pendekatan program yang berfokus pada perubahan perilaku orang tua, pembuatan konten edukatif yang mudah dicerna melalui media sosial dan website zerostunting.com, hingga kerja sama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan masa depan tanpa stunting. Tahun ini, kami meluncurkan kampanye kreatif “The Missing Egg” untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi seimbang, khususnya protein hewani, dalam mencegah stunting. Kami percaya bahwa dengan kolaborasi semua pihak, kita dapat menciptakan generasi Indonesia yang sehat, bebas dari stunting, dan siap menjadi pemimpin masa depan.”
Program “The Missing Egg” oleh ZeroStunting akan berlangsung dari 27 Januari hingga 31 Maret 2025 di The Foodhall Grand Indonesia. Mari bergabung dalam gerakan untuk mencegah stunting di Indonesia!