UrbannewsID Musik | Mungkin tidak banyak dan bisa dihiung dengan jari, kegilaan seorang fans/penggemar, seperti Ferry Mursyidan Baldan atau yang akrab disapa Bang Ferry, terhadap idolanya sang legenda musik pop Indonesia, Chrisye. Tafsir kegilaan dimaksud, bukan fanatisme yang berlebihan, dimana menjadikan idolanya sebagai role model dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kostum, gaya rambut, hingga karakter manusianya pun ditiru mentah-mentah. Tapi, fanatisme penggemar yang hanya mengagumi sang idola sebatas karya-cara bernyanyi-bermusiknya, hingga spirit perjuangannya saja.
Menurut politisi yang juga mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI, kekagumannya terhadap Chrismansyah Rahadi, atau lebih dikenal dengan nama panggung Chrisye. Selain Chrisye mencuri perhatian dengan ratusan karya lagu ever greennya, karena kebersahajaannya, spirit perjuangannya, kesederhanaannya yang melekat dalam dirinya tanpa sekat serta embel-embel seorang super star. “Tapi, ada yang jauh lebih penting dari semua itu yakni saya mencoba merawat sejarah perjalanan seorang musisi besar dan melegenda bernama Chrisye,” ujarnya, saat bincang santai pada suatu hari.
Bang Ferry mengaku, apa yang dilakukannya selama ini sesungguhnya tidak sedang ingin mengkultuskan Chrisye. Namun, ia hanya ingin bicara dan mengingatkan bahwa bangsa ini perlu menghargai dan menghormati seorang musisi, meski dia sudah tidak ada lagi bersama kita. Ia merasa khawatir dan tidak rela jika Chrisye hilang begitu saja ditelan perjalanan waktu. Jangan sampai generasi mendatang, cuma mengenal lagunya, tapi tidak tahu siapa yang membawakannya. Dan, lebih parahnya lagi tidak mengenal rupanya, sepakterjangnya, apalagi perjalanan hidup dan karir bermusiknya.
Chrisye lahir dengan nama Christian Rahadi pada 16 September 1949 dan meninggal pada 30 Maret 2007 karena sakit yang dideritanya. Semasa hidupnya, ia telah mempopulerkan sejumlah lagu di antaranya ‘Lilin-lilin Kecil’, ‘Kala Surya Tenggelam’, dan lain-lain. Chrisye juga pernah bergabung dalam Guruh Gipsy, proyek kolaborasi antara Guruh Soekarnoputra dengan Nasution bersaudara: Gauri Nasution, Keenan Nasution, Odink Nasution, dan Deby Nasution. Termasuk, bersama Eros Djarot dan Yokie Soerjoprajogo di lagu ‘Badai Pasti Berlalu’ yang sekaligus menjadi judul album yang fenomenal.
Sosok Chrisye memang sangat unik, berkarakter dan fenomenal. Menurut Bang Ferry, cerita musisi besar yang humanis ditengah ke-glamouran-nya, berjuang menembus jaman mencari keseimbangan hidup sebagai ‘Family man’ sekaligus pula sebagai ‘Celebrity man’. Sampai suatu, ia menemukan makna kehidupan seperti yang tergambarkan dalam lagu berjudul “Ketika Tangan dan Kaki Berkata” ciptaannya sendiri, dan liriknya ditulis oleh Taufiq Ismail. Lagu ini telah membuka cakrawala baru bagi semua orang yang mendengarkan dalam memandang arti sebuah kehidupan.
Dari penggemar menjadi sahabat, mungkin kalimat yang pas menggambarkan kedekatan Bang Ferry dengan Chrisye dalam perjalanan waktu. Kecintaan dan kebanggaan kepada sahabat sekaligus idolanya, tidak pernah pupus, sekali pun Chrisye sudah berpulang keharibaan sang khalik. Seperti hari ini, Jumat pagi, 30 Maret 2018, tepat 11 tahun mengenang kepergian Chrisye. Bang Ferry meluangkan waktu berziarah ke makam almarhum, lebih awal dari keluargannya, hanya untuk membersihkan pusaranya dan memanjatkan do’a buat sahabatnya.
Tidak hanya itu, bersama anak-anak Yatim Piatu dari Yayasan Al Akhyar yang berlokasi tidak jauh dari pemakaman, digelar pula do’a dan baca Yasin untuk almarhum Chrisye, dan sedikit santunan. Kebiasaan Bang Ferry ini, dilakukan hampir setiap tahun sejak kepergian almarhum Chrisye pada 30 Maret 2007 lampau. Dan, biasanya setelah berzirah, ia akan mengajak sejumlah teman untuk sekedar minum kopi sambil mendengarkan dan menyanyikan lagu lagu almarhum. Bahkan, semasa Chrisye masih hidup pun, ia tidak pernah absen mengirim bunga ucapan ulang tahun kepada Chrisye tepat setiap tanggal 16 September.
Sebagai bentuk ekspresi kecintaan terhadap sang idola, setelah kepergian Chrisye, bersama fans yang sama lainnya, membentuk wadah yang diberi nama ‘Komunitas Kangen Chrisye’ atau #K2C. Bersama #K2C inilah, lahir sebuah buku bertajuk ‘CHRISYE Kesan di Mata Media, Sahabat dan Fans’ yang dirilis bertepatan dengan peringatan 5 tahun wafatnya Chrisye (30 Maret 2012). Kemudian, disusul buku berikutnya berjudul ’10 Tahun Setelah Chrisye Pergi; Ekspresi Kangen Penggemar’ (2017), berisikan kumpulan catatan perjalanan Chrisye yang dikutip dari berbagai media cetak.
“Semua buku yang di buat, pastinya terlebih dahulu meminta izin sang istri almarhum Chrisye, Damayanti Noor, sebagai pewaris. Kami sebagai penggemar, legenda musik Indonesia, Chrisye, memang sudah selayaknya di abadikan ke dalam ragam bentuk penghormatan berkat perjuangannya di panggung hiburan tanah air yang mampu menembus zaman, menembus generasi dan sekat-sekat para pencinta musik lewat ukiran karya-karya lagu yang bersejarah dan tetap abadi hingga kini. Kedua buku ini, adalah bentuk apresiasi para penggemar yang tergabung di K2C,” tukas Bang Ferry, sebagai Ketua K2C.
Bang Ferry yang kegemarannya mengumpulkan koleksi kumpulan lagu yang terekam mulai kaset-cd-piringan hitam, seluruh nomor rilisan almarhum Chrisye yang bertanda-tangan. Termasuk pula, semua pernak-pernik seperti poster, dan merchandise lainnya sebagai koleksi item. Dan, bahkan catatan perjalanan sang idola dari zero to hero lewat ragam tulisan, foto, dan video yang tercecer di media pun dikumpulkan (kliping), sebagai manuskrip pelengkap dokumen sejarahnya. Ini sebuah bentuk kepedulian sang penggemar kepada sang idola, sebagai literasi mungkin ini sangat berguna bagi generasi untuk lebih mengenal para legenda musik Indonesia.
Kecintaannya sama sang idola sekaligus sahabatnya, Chrisye, dilakukannya an-sich murni dari koceknya sendiri tanpa pernah berhitung untung rugi. Seperti, menggelar temu kangen mengenang kepergian Chrisye dengan memutar lagu-lagu hits-nya, menggelar lomba karaoke antar awak media, sampai nonton bareng film Chrisye belum lama dirilis bersama rekan-rekan K2C dibeberapa kota. Dalam tulisan ini saya ingin menegaskan, bahwa menivestasi penggemar kepada sang idola adalah bentuk ekspresi kecintaannya. Orang-orang seperti Bang Ferry, atau para penggemar adalah aset perlu dirawat, diperhatikan dan dihargai keberadaannya sampai kapan pun.
Tumbuh kembang sebuah industri musik, tidak bisa lepas dengan kehadiran fans atau penggemar. Mereka saling membutuhkan satu sama lainnya, artis butuh penggemar untuk menjajakan karyanya dan mengajegkan populeritasnya. Begitupun sebaliknya, fans butuh sosok dan karya yang menginspirasi dirinya yang bermuara pada sebuah kepuasan. Saya teringat ucapan almarhum Chrisye, yakni, ia ingin menorehkan setitik tinta di sejarah musik Indonesia untuk di teruskan oleh generasi muda, sehingga membentuk satu garis panjang yang tak terputus untuk musik Indonesia.
Menyitir harapan Chrisye diatas, saya ingin menegaskan bahwa ini bisa berjalan dan akan terwujud lewat para fans yang loyal sampai saat ini, seperti ‘Komunitas Kangen Chrisye’ atau #K2C. Walau, sebelas tahun Chrisye berpulang; Dia tetap ada, karena Mereka ada. K2C tumbuh secara kolektif karena memiliki rasa kecintaan yang sama kepada sang idola. Bagi siapapun termasuk pewaris, hendaknya dukung kegiatan maupun aktivitas yang mereka gelar, karena yang dilakukannya adalah bagain dari merawat sejarah idolanya. Jangan bebani mereka dengan sisikmelik aturan layaknya para pebisnis, cukup diketahui saja, dan jika perlu ikut larut bersamanya. Mereka-fans atau penggemar sejatinya adalah pelestari.|Edo