Duet Cheryl Halpem & Natasha Dematra Dalam Film “Menari: An Indonesian Dance Legacy”

Movie200 Dilihat

IMG_20190710_094927-800x606-600x455

Urbannews Film | Butuh waktu satu tahun bagi sineas senior Cheryl Halpem dari Rumah Produksi peraih Emmy Awards, HQ Creative, besama sutradara wanita muda asal Indonesia Natasha Dematra yang digandengnya, menyelesaikan seluruh project film dokumenter berjudul “Menari: An Indonesian Dance Legacy”.

Pembuatan film dokumenter yang dilakukan di empat kota di Indonesia, yakni; Jakarta, Semarang, Jogia dan Bali. Menari: An Indonesian Dance Legacy, mengupas tari tradisional lengkap dengan sejarah, karakteristik gerak, pemaknaan, simbol, ornamen hiasan busana dan tata rias, filosofi, sampai sesaji awal penghantar magis yang mewakili kedaerahan.

Salah satu contohnya adalah tarian pusaka klasik dari Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ‘Bedhaya Semang’, hasil karya dari Sri Sultan Hamengku Buwono I tahun 1759. Tari Bedhaya adalah tarian penuh dengan muatan simbolik filosofis yang tinggi, sebagai seni pertunjukan penting di dua keraton mataram, Ngayogyakarta dan Surakarta Hadiningrat.

IMG_20190710_095055-800x548-600x411

Tarian yang dalam pelembagaannya merupakan tarian sakral dengan usia yang sangat tua. Dimana reaktualisasi hubungan suci nan mistis antara Sultan Agung dari Mataram dengan Ratu Kidul penguasa laut selatan atau Samudera Indonesia. Merujuk pada Babad Nitik, Bedhaya adalah gubahan Kanjeng Ratu Kidul, dan kata Semang diberikan oleh Sultan Agung.

Tari Bedhaya Semang dipagelarkan untuk kepentingan ritual keraton yang dibawakan oleh sembilan penari saja, dipahami sebagai simbolisasi arah mata angin serta kedudukan bintang-bintang. Dalam pelaksanaannya, tari ini diiringi dengan instrumen musik Jawa melalui Gamelan Jawa yang dikombinasikan dengan instrumen dari alat tiup dan instrumen musik gesek.

Dalam film Menari sendiri, tidak saja mengetengahkan tarian dari ke-empat daerah saja. Ada juga, para tokoh tari yang bercerita tentang riwayatnya, para pelakunya baik yang sudah lanjut usia, anak muda termasuk anak-anak usia dini sebagai pewaris dan pecinta tari tradisi nusantara. Mereka adalah para seniman yang tidak saja menjaga tapi sekaligus pelestari. Hidup mereka adalah tari dan pengabdian.

“Terus terang, saya kepincut dengan tarian tradisional atau klasik yang ada di Indonesia, bermula ketika saya berkunjung ke Jogja dan Bali. Entah kenapa tatkala menyaksikan timbul getaran, seolah ada unsur magis untuk saya mengenal lebih dekat dan memvisualkannya. Sekembali ke Amerika Serikat, saya buat skripnya kemudian mengontak sineas muda dari Indonesia Natasha Dematra untuk ikut terlihat sebagai sutradara,” jelas Cheryl Halpem.

Pelumcuran perdana film dokumenter ‘Menari’ bertepatan dengan puncak acara Festival Film Kemanusiaan & Kebudayaan yang di gelar di Cinema XXI Planet Hollywood, Jakarta, Selasa (9/7/2019). Natasha Dematra berujar, butuh waktu lama untuk project film ini. “Ya, terutama sih pada revisi skrip butuh bolak balik Jakarta-Amerika. Kita ingin hasilnya sempurna karena film ini akan dibawa keliling dunia,” pungkas putri Founder dan Director World Humanitarian Awards, Damien Dematra.

Acara yang dihadiri oleh raja, sultan, dan ratu Indonesia anggota Silatnas Raja Sultan Nusantara serta para undangan lainnya. Hari Kemanusiaan Internasional (World Humanitarian Day) yang akan jatuh pada tanggal 19 Agustus mendatang, melalui tema kebudayaan dan kemanusiaan yang di usung. Damien Dematra mengatakan tentang pentingnya setiap individu disadarkan akan nilai-nilai toleransi dalam membangun kemanusiaan di tengah masyarakat yang majemuk.

Acara yang berlangsung kemarin malam, diputar sekaligus diumumkan pula film terbaik festival internasional Asia Pacific International Filmmaker & Awards (APIFA) yang di raih oleh Film dokumenter Remembering: The Story of Maurits Kiek. Film dokumenter ini mengambil tema pahlawan Belanda Maurits Kiek yang berjuang bagi kemanusiaan, saat ia melihat adanya ketidakadilan yang dilakukan oleh Nazi, dimasa kependudukan Jerman selama Perang Dunia II.

IMG_20190709_201217-800x570-600x428

Selain Cheryl Halpern, hadir pula sineas-sineas pemenang dari manca negara lainnya di antaranya: Miya Wang (The Other Sade of the World), Chen Tianyi Dan Yuan Fan (Miss Petunia), serta Malcolm Tan (The Instde). “Acara ini sekaligus memberi penekanan bagi perayaan Hari Dunia untuk Keanekaragaman Budaya, serta Dialog dan Pembangunan (World Day for Cultural Diversity for Dialogue and Development),” tukas Damien Dematra.|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *