Bakkar Wibowo; Balkonjazz Bukan Festival Musik Biasa, Tapi Lokomotif Perekonomian Desa

Music520 Dilihat

Urbannews | Balkonjazz Festival 2022 akhirnya purna juga. Kahitna yang tampil sebagai penutup pamungkasnya berhasil membuat lebih dari 1500 penikmat festival musik yang berpusat di venue Gasblock Balkondes PGN Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, riang bukan kepalang.

Tampil secara marathon dari siang hari, Sabtu (14/5/2022) hingga nyaris tengah malam, sejumlah artis pengisinya, dari Megantoro, Coldiac, Raissa Anggiani, Aditya Sofyan, Dere, Juicy Luicy, Rendy Pandugo, Pamungkas dan ditutup Kahitna, berhasil memberikan keriaan berbilang-bilang kepada penikmat musik di Magelang, Yogyakarta, Wonosobo, Temanggung dan sekitarnya.

Antusias penonton sangat luar biasa musti berjalan ke venue acara di tengah sawah dengan riang gembira, meski melewati jalan berliku yang tidak sebentar, mamarkir kendaraannya jauh dari tempat acara, dengan menaiki ojeg warga, yang mematok harga flat Rp.10.000,- dari segala penjuru arena.

Menjadi lebih istimewa, Balkonjazz Festival 2022 yang diinisiasi Sinergi Live dan PT Pertamina Gas Negara (PGN) Tbk, dan didukung beberapa sponsor penting lainnya itu, melibatkan warga lokal, demi turut membangkitkan perekonomian masyarakat sekitar lokasi acara.

“Kekhususan dalam Balkonjazz Festival 2022 adalah pelibatan warga di sekitar venue acara. Kami misalnya dari awal menggagas OW atau Ojek Warga, menjadi alat transportasi resmi penonton dari tempat parkir kendaraan mereka ke venue acara. Valuasinya lebih dari 60an jutaan, bahkan lebih, yang semua keuntungannya semua untuk warga sekitar,” kata Bakkar Wibowo, founder Balkonjazz Festival dalam closing statement pasca gelaran Balkonjazz Festival 2022.

Dia menambahkan, harusnya ada program live inn dalam Balkonjazz Festival 2022, tapi belum bisa dilakukan tahun ini, karena satu dan lain hal.”Kami telah belajar banyak hal di penyelenggaraan Balkonjazz Festival 2019. Makanya persiapan Balkonjazz Festival 2022 jauh panjang, dua tahun lebih karena Pandemi. Jadi, jauh lebih tertata dan rapi,” kata Bakkar Wibowo yang mengaku sedikit terkejut tiket even istimewa ini sudah sold out atau terjual semua, bahkan beberapa Minggu sebelum Hari H-nya.

“Kita disupported oleh beberapa sponsor penting. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada para sponsor. Karena niat awal Festival ini untuk mengangkat perekonomian lokal benar-benar berhasil,” jelas Bakkar Wibowo mengulang.

Dia menjelaskan, pada awalnya daerah Borobudur warganya dikenal miskin, karena masyarakat sekitar tidak mendapatkan bagian kue pembangunan dengan semestinya dengan keberadaan Candi Borobudur.

“Makanya ada Balkondes (Balai Ekonomi Desa), yang akhirnya mampu membuat masyarakat sekitar Candi Borobudur bangkit perekonomiannya, bahkan menjadi surplus, buktinya omzet perekonomiannya naik sejak Balkonjazz pertama di tahun 2019,” katanya.

Untuk alasan itulah, Bakkar Wibowo bersama sejumlah sponsor utama gelaran ini mengusung tagline; Energi That Heal. Yang sepenceritaannya, tagline ini bukan energi yang diartikan secara harfiah belaka, tapi yang utama, semangat menyembuhkannya.

“Saya melihat ini ada Balkonjazz, ayuk bersemangat lagi. Ini soal destinasi wisata, dengan maksud lain, kami ingin mengatakan, negara ini sudah aman (tujuan wisatanya),” tegasnya.

Oleh karena itu, dalam waktu dekat Bakkar Wibowo sudah berpikir akan mendatangkan Internasional artis ke Balkondes yang tersebar di Borobudur, Magelang. “Internasional artis pasti ada. Tapi masih rahasia,” katanya merujuk pada salah satu Balkondes di wilayah Candi Borobudur yang mampu menampung penonton lebih dari 5000 orang di punggung perbukitan Menoreh.

Lebih lanjut Bakkar Wibowo menjelaskan, untuk mematangkan dan mensukseskan Balkonjazz Festival 2022 dari mula, pihaknya bahkan melakukan proses kurasi artis dengan ketat.

“Saya membuat komposisi artis dengan ketat, kita diskusi hampir tiga bulan. Kurasinya panjang. Yang pasti, kita selalu memasukkan talent local dan newcomers, seperti nama Dere, dan Megantoro misalnya. Yang lebih dari pantas mendapatkan panggung sebesar ini. Nama artis lainnya, established,” katanya.

Komposisi artis yang tepat di Balkonjazz Festival 2022 buktinya mampu membuat penonton tetap bersitekun di depan panggung, meski hujan lebat sempat mengguyur arena pertunjukan. Berbekal jas hujan dan payung yang telah disediakan panitia itulah, festival ini tetap dapat dinikmati dengan syahdu.

“Sampai akhirnya hujan turun, penonton tetap tinggal. Kami berterima kasih untuk itu. Teristimewa penonton festival musik dari Magelang, Yogyakarta Wonosobo, hingga Temanggung. Mereka adalah potensi penonton yang sangat besar,” kata Bakkar Wibowo, yang ke depannya akan membuat Balkonjazz Festival selaras dengan waktu panen hasil bumi masyarakat sekitar.

“Di sini kalau sehabis panen tembakau, ada 70 mobil baru dan ratusan motor baru,” terang Bakkar Wibowo sembari mengucapkan terima kasih kepada Komunitas Pewarta Hiburan Indonesiaatau Kophi, yang mendukung Balkonjazz Festival 2022 dengan sangat baik.

Ke depannya, Bakkar Wibowo berharap, Balkonjazz Festival yang dimatanya, tidak besar tapi tidak kecil, namun terdengar gaungnya itu, akan makin mampu mengedukasi penonton festival musik di Indonesia.

Karena itu, atas biaya swadaya Bakkar Wibowo meng-hire dua doktor lulusan salah satu universitas di Inggris untuk melakukan penelitian, sejauh mana dampak ekonomi Balkonjazz Festival 2022 terhadap perekonomian masyarakat sekitar.

“Kita akan hitung, benar ngga even Balkonjazz memberikan efek ekonomi. Yang penelitiannya dilakukan dua doktor lulusan Inggris, yang akan menggunakan metodologi tertentu, yang akan diumumkan segera. Mereka telah melakukan survey dan penelitian langsung ke penonton, pedagang dan warga sekitar lokasi Balkonjazz Festival 2022,” kata Bakkar Wibowo.

Termasuk ke depan Sinergi Live akan membangun festival yang “ramah lingkungan”, sebagaimana telah dilakukan band Cold Play, dengan festival musik ramah emisi karbon. Demikian juga dengan U2 sudah melakukan hal yang sama.

Cara penghitungannya ada. Seperti dari tempat tinggal penonton ke tempat festival sudah menghabiskan berapa banyak emisi karbon, dan kita harus mengganti itu. Dengan menanam berapa banyak pohon. Jadi Musik hanya media, bukan hal yang utama,” terang Bakkar Wibowo yang mengaku tidak sedang bersaing dengan siapapun. Karena baginya, siapa saja bisa melakukan atau membuat festival musik seperti apapun yang diinginkannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *